Mohon tunggu...
Bajank Kirek
Bajank Kirek Mohon Tunggu... Wiraswasta - OFFICE BOY

Ayah Muda Keren Bikin Gemes

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Benci Dia... Dia yang Bunuh Pacarku!

21 November 2018   07:23 Diperbarui: 21 November 2018   07:53 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

#01
Aku menyebutnya Si Pemurung. Aku dan dia kini ada di Kedai Kopi. Aku pesan Capucino, dia pesan Kopi Hitam saja. Tanpa gula tanpa krim.
Ketika kopi datang, Si Pemurung menyendok Capucinoku. Dicicipi. Dia bilang terlalu manis. Lalu dia ambil sesuatu dalam tasnya. Dia rupanya bawa gula sendiri. "Gula ini selalu kubawa. Gula yang pas untuk cegah Diabetes." Sambil mengaduk kopinya dia bilang; "Pacarku umur 20 tahun, gadis yang manis dan meninggal karena diabetes. Aku benci Dia! Diabetes. Yang membunuh Pacarku...."

#02
Aku masih bersama Si Pemurung di Kedai Kopi. Setelah mengaduk kopi hitamnya yang dia tambahi Gula Sachet, dia berkata lirih; "sebelum dia bunuh Pacarku, terlebih dulu dia bunuh Ibuku, Bibiku, Pamanku, dan Pakdeku." Si Pemurung itu menyeruput kopi hitamnya. Kulihat duka di matanya.
"Tapi bodohnya aku. Sudah tahu Diabetes membuat Ibuku dan saudara-saudaranya meninggal, tapi aku tak tahu kalau Pacarku terserang Penyakit Diabetes..."
Si Pemurung menarik nafas. "Kau masih mau mendengar kisahku? Tentang Dia yang jahat Membunuh Pacarku?"

#03

Aku menunggu Si Pemurung bercerita. Cappucino yang kupesan tak jadi kuminum. Aku memesan kopi seperti dia. Kopi hitam tanpa gula.
Pesanan datang dan dia mengeluarkan Gula yang dibawanya tanpa kuminta. Menuangkannya di kopi hitamku. Sambil mengaduk kopiku Si Pemurung berkata; "Pacarkulah yang mengundang Pembunuh datang. Pacarku suka minum Minuman Manis bersoda. Diminum setelah dia kuliah, dia bekerja, atau dia kehabisan tenaga. Pacarku juga suka es krim. Dan, Si Pembunuh bernama Diabetes pun menyusup di tubuhnya...."
Si Pemurung bercerita dengan sedih. Aku meminum kopi dengan campuran gulates. Menunggu Si Pemurung bercerita lagi...

#04
Tiap Si Pemurung bercerita setelah itu meminum kopinya. Kopi yang diaduknya bersama Gulates itu. Kata dia, tak suka meminum kopi yang dingin. Dia lebih suka menyeruputnya panas panas. Pelan pelan.
"Seperti kelakuan Pembunuh itu. Yang membunuh Pacarku pelan pelan. Tubuhnya semakin hari semakin kurus. Menjadi kurus. Terus kurus. Bodohnya aku, Aku tak tahu kalau Diabetes sudah membunuhnya pelan pelan."
Si Pemurung matanya berkaca kaca saat melanjutkan cerita;
"Sampai kemudian aku dipindahkan ke Semarang, berpisah jarak dengan Pacarku.... kondisinya semakin memburuk...." (bersambung)

#05

Aku terus menjadi Pendengar Yang Baik. Di Harapanku Si Pemurung selalu bercerita tapi dengan Jeda. Menyeruput kopi hitamnya. Menarik Nafas berat. Terdiam lama.
"Pacarku... Dia adalah Gadis Keras Kepala yang pernah kukenal. Aku dan Ibunya selalu cerewet melarangnya minum Cola. Tapi tetap saja dia meminumnya. Aku juga suka marah kalau dia lupa diri dengan kesibukannya. Kuliah, Kegiatan UKM, Siaran... Lalu tenaganya habis, lalu dia doping dengan minuman Cola dan Bersoda...."
Diseruputnya kopi yang tinggal sedikit. Menarik nafas. Lalu Si Pemurung bercerita lagi. "Itu yang membuat Si Pembunuh berada di atas angin... Pacarku semakin hari semakin kurus, sakit di tubuhnya namun tak dia rasa, dan sampai pada akhirnya dia menyerah...."
Si Pemurung menunduk. "Pacarku meninggal 5 hari setelah aku dan dia bertemu di hari Lebaran...." Si Pemurung meraih cangkir kopinya. Tapi karena kopi dengan Gulanya itu sudah habis, dia menaruhnya lagi.

#06

Si Pemurung menyadari kopi hitamnya telah habis. Dia mengambil La Minerale dari tasnya. Meminumnya. Lalu bergumam; "Pacarku memang Keras Kepala. Dulu saat masih satu kerjaan dan dia suka aku, semua bilang jangan mau dipacarin aku. Yang PK, Bad Boys, Suka Mainin Cewek. Tapi dia Keras Kepala. Sampai kemudian kita jadian diam-diam.... Di saat-saat terakhir hidupnya...."
Dia meneguk minumnya lagi. Lalu memandangku. "Kau belum bosan dengar ceritaku?"

Tentu saja aku ingin terus mendengar Cerita Si Pemurung. Tapi sebelum dia melanjutkan cerita aku bertanya; "Setahuku Diabetes hanya menyerang Orang Gemuk. Salah yah?"
Dia menggeleng. "Pacarku kena Diabetes kering. Sudah sampai parah. Di hati. Lalu nyerang ke otak...." Si Pemurung lalu mengelus tanganku. "Kurus seperti kamu. Makanya, hati-hati. Dia Jahat! Diabetes...."
Aku terpana. Bergetar. Dia menyentuhku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun