Mohon tunggu...
Bajank Kirek
Bajank Kirek Mohon Tunggu... Wiraswasta - OFFICE BOY

Ayah Muda Keren Bikin Gemes

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hanya Cerita Picisan Apa Kau Mau Membacanya?

12 November 2018   16:10 Diperbarui: 12 November 2018   16:40 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

01.
"Apa yang baru di Purwokerto?" Tanya kamu diboncengan motor klasik aku. Di depan stasiun kota di pagi yang dingin, aku bertemu kembali dengan kamu.
"Nanti aku liatin ya.... Lewat jalan Jendsud saja..." Itu jawabku. Dan kamu memeluk pinggangku. Melewati Alun-Alun Purwokerto."itu yang baru... RITA MAL"
Kita berhenti di Alun-Alun. Aku minum kopi dan kamu makan serabi.
"Cieee, Purwokerto udah punya Mal. Bentar lagi kalah deh, Tangerang...." canda kamu, sambil memotret Mal. Aku puas-puasin lihat kamu. Yang lebih anggun setelah berhijab.
Setelah ngopi dan makan serabi aku antar kamu ke Hotel Wisata Niaga. Hotel depan kampus kamu dulu. Dekat Warung Up Normal.
"Wow, udah ada Warung Up Normal di Purwokerto. Nanti malam cobain yuk, Kopi Gayo nya." katamu di Lobi Hotel. Aku ingin masuk ke kamar hotel. Aku ngantuk. Aku belum tidur takut bangun kesiangan karena jemput kamu.
"Sssst, Belum Muhrim, Maaaaas...." ledek kamu. Yang aku balas dengan Colongan Cium Pipi. Kamu memeluk aku. Setelah itu aku pamit pergi.
Jam sembilan pagi aku ajak kamu sarapan pagi di KFC di Pabuaran. Lagi-lagi kamu bilang; "dulu jaman aku siaran di Yasika lewatin jalan ini dan belum ada KFC di sini...."
Tahun 2015 aku pergi dari Purwokerto, kamu menyusul balik ke kotamu setelah wisuda. Dan ketika kita berdua bertemu kembali tahun 2017 di kota ini, semua telah berubah.
"Hanya sayang dan cintaku yang nggak berubah ke kamu, Miaow Miaow...." bisik aku ke telingamu.
"Wartawan Gombal!" balasmu. Lalu tertawa.

02

"Di Purwokerto tuh, ya, di mana-mana ada Polisi Tidurnya..." 24 jam kamu di Purwokerto sudah mulai ngomel-ngomel. Aku ketawa-tawa, kamu sebal dan mencubit pinggangku. Menyebabkan Motor Klasik aku rada oleng.
Siang itu kita berdua 'mengukur jalan' dan 'menengok kenangan'. Kamu minta memutari komplek fakultas di kampus pusat Unsoed, demi bisa melihat kembali kampus ekonomi, sekre, lapangan basket, dan mampir di kantin.
Kamu es teh dan aku biasa, secangkir kopi, dan harus panas.
"Di Pertigaan jalan Kombas depan Hotel D, macetos tadi. Eh, lewat jalan kampus di depan sekolah ada jenggulan polisi tidur, belum hilang getarannya udah ada polisi tidur lagi dan ini di jalan gede HR Bunyamin! Jalaaan Besaaar ada jenggulan...." kamu masih bawa omelan di kantin.
"Di jalan Jendsud depan alun-alun juga. Tiapa malam minggu Macetos sejak ada Mal... tapi nikmatin. Ini kota biar nyebelin tapi ngangenin...." aku berusaha ngademin.
"Kayak Wartawan dotcom di depanku yang sedang nyeruput kopi..." candamu.
Dari Kampus Fakultas Ekonomi Unsoed melanjutkan 'Menengok Kenangan' ke jalan dokter angka. Berhenti di depan bangunan tua. Bekas studio radio yang sekarang sudah jadi Soto Tengkleng.
"Habis ini ke Studio Yasika yang di jalan Pabuaran, yuk...." ajakmu.
Aku menarik nafas berat. Beraaat bangeeeet....

03.
"Tempat apa yang bikin kamu jadi sedih di kota ini?" tanyamu. Di atas roda dua motor klasik, sore sehabis hujan.
"Sediiih kalau lewat dokter angka. Soalnya dulu aku mengawali karir radioku di sini..." jawabku.
"Lalu? Tempat apa lagi?" tanyamu lagi. Ah, bersamamu terbalik. Aku yang jadi Narasumber dan kamu jadi wartawannya.
Aku menjawabnya dengan mengajakmu ke Kebon Dalem. Melihat deretan toko toko tua. Sebagian tutup. Sebagian buka tapi sepi pembeli.
Lalu ke alun-alun kota, melihat rumput alun-alun yang gersang dan PKL yang berjualan. Kontras dengan Supermal di depan alun-alun.
Setelah itu ke Pasar Manis. Berhenti sebentar untuk mengenang dahulu berdiri bangunan Gedung Suteja yang dirubuhkan.
Kamu pengen soto jalan Bank. Dan melihatmu lahap memakan soto. Sementara aku cukup minum kopi hitam dan harus panas.
"Waktu aku ninggalin Purwokerto ke Semarang lalu Jakarta, Gedung Suteja masih ada. Balik ke kota ini, Gedung Bersejarah itu udah jadi Pasar Manis...."
"Aku mau nanya..." katamu setelah meminum teh hangat. "Kenapa sih kemaren nggak mau aku ajak ke Yasika Pabuaran?"
Pertanyaan yang nggak pernah bisa kujawab sampai kamu selesai menghajar semangkok Soto Jalan Bank.
"Kenangan itu hanya untuk kita tengok tetapi tidak untuk disinggahi...." aku bilang itu di depan kamar hotel kamu menginap. Setelah mengantarmu pulang.
Aku memelukmu. Seinci bibir sebentar lagi kita berciuman. Sebelum kamu berbisik; "Sssst.... Jangan. Belum Muhrim....."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun