Mohon tunggu...
Ita Siregar
Ita Siregar Mohon Tunggu... Administrasi - Pengarang. Pemetik cerita. Tinggal di Balige.

Merindu langit dan bumi yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Teologi Bernyanyi: Menemukan Makna dalam Kata dan Nada

25 April 2024   06:06 Diperbarui: 25 April 2024   06:28 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau ya, apa bedanya dengan lagu-lagu Adele yang mengaduk-aduk emosi atau lagu-lagu Queen yang menggerakkan kaki kita menari? Apakah musik menjebak kita pada kepuasan raga semata?

Kekhawatiran serupa diajukan oleh Agustinus dari Hippo. Menurutnya, kepuasan mendengarkan musik dapat menggiring pikiran menuju ketaatan (kepada Allah). Namun ketika musik menggerakan dirinya lebih dari subyek lagu, ia telah berdosa dan lebih baik tidak mendengarkan lagu itu (Guthrie, 2003).

Bermusik dan bernyanyi yang berfokus pada kepuasaan indera sensori akan mengaburkan pesan yang ingin disampaikan. Keutamaan lagu terkandung dalam lirik, bukan nada. Calvin berpendapat bahwa musik memiliki kekuatan untuk mengubah rutinitas gerejawi yang dingin dan tidak bernyawa, menjadi pemujaan penuh semangat dan bergairah. Ia menganjurkan gereja untuk bernyanyi sekaligus berhati-hati agar fokus bukan pada pendengaran melodi, namun pada makna spiritual (Guthrie, 2003).

Pernyataan di atas kontras dengan apa yang dikatakan Paulus kepada jemaat Efesus:
"... hendaklah kamu penuh dengan Roh, dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati." (Efesus 5:18-19)

Sebelumnya Paulus menasihatkan agar jemaat menjauhi kehidupan yang bodoh dan didorong oleh hawa nafsu. Hidup sebagai anak-anak terang salah satunya ditandai dengan bernyanyi dan bersorak demi Tuhan. Atau, Paulus menyarankan umat untuk bernyanyi sebagai perlawanan terhadap kebodohan dan hawa nafsu.

Menurut Guthrie (2003), saran tersebut didasari asumsi bahwa musik melibatkan tubuh dan rasa, serta pelibatan Roh Kudus. Roh Kudus tidak hanya bekerja untuk merestorasi pikiran, tetapi juga tubuh dan perasaan manusia. Melalui lagu dan musik, orientasi pujian diubah. Dari sekadar sensasi ragawi menjadi penyembahan pada Allah dan bermanfaat bagi komunitas. Aspek rasa tidak ditekan, namun diangkat dan diarahkan pada Allah.

Bernyanyi di Gereja = Mendengarkan

Bernyanyi turut andil membentuk identitas gereja. Peneliti Ronald L. Warren menulis bahwa kidung rohani berperan sebagai kontrol sosial. Menyanyikan kidung berkontribusi dalam membentuk identitas kongregasional. Ketika bernyanyi di gereja, tiap individu melafalkan kata-kata yang mengafirmasi iman, kata-kata yang mungkin terdengar memalukan jika diucapkan sendiri.

Namun ketika mendengarkan pengakuan iman dilakukan bersama orang sekitarnya, pengukuhan iman menjadi lebih dalam. Ini disebut interstimulasi, yaitu ketika sekelompok orang yang sebelumnya asing, terhubung melalui perspektif yang sama. Interstimulasi dapat dicapai melalui simbol-simbol yang memiliki makna emosional, ritual, pengakuan iman atau bernyanyi bersama (Roberts, 2014).

Surat Paulus kepada jemaat Efesus berkonteks memberi penekanan pada bernyanyi secara kongregasional. Saat gereja bernyanyi, tiap individu menghasilkan suara yang berbeda namun saling mendapat bagian dalam lagu yang sama. Dalam musik, kita bertemu dengan berbagai identitas yang disatukan dalam ruang dan waktu, tanpa saling menghancurkan atau menegasi (Guthrie, 2003).

Ketika seseorang bernyanyi bersama di gereja, pada momen yang sama ia mendengarkan suara jemaat yang melebur dengan suaranya, menjadi suatu arus gelombang. Bernyanyi seperti menyuarakan cermin kehidupan jemaat Allah sebagai komunitas. Perbedaan dalam individu tidak lagi saling bertentangan namun disatukan melalui kasih Kristus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun