Rempah adalah kata kunci Nusantara yang menjadi incaran banyak negara empat musim untuk datang dan menguasai.Â
Ratusan tahun lalu pala, cengkeh, lada, kayu manis tumbuh secara alami di pulau-pulau kecil di wilayah Indonesia timur.
Negara-negara yang jauh melakukan ekspedisi mengarungi lautan yang ganas selama berbulan, bahkan bertahun, demi menemukan pulau rahasia di mana pohon-pohon itu tumbuh.Â
Kelak intrik politik, penyelundupan, kolonialisasi, perbudakan, pembantaian manusia bahkan genosida menjadi bagian memilukan betapa nafsu keserakahan makhluk ciptaan Tuhan yang bernama manusia.Â
Dalam pengantar, penulis buku ini, Hanna Rambe, membuat catatan tentang Jack Turner dalam bukunya Spice, The History of Temptation, 2004. Buku itu melukiskan penemuan antropolog di dusun kecil di tepi sungai Efrat, di Suriah. Ada satu rumah itu habis terbakar, dan di antara puing ditemukan satu kotak yang dipahat dan di dalamnya berisi ... putik bunga cengkeh. Pada kotak tertulis tahun 1721 SM.Â
Pada abad ke-16, para pelayar menemukan jalan ke pulau mungil: Ternate, Tidore, Moti, Makian, Bacan. Tahun 1980-an, penulis berkunjung ke salah satu pulau, yaitu pulau Bacan. Di sana ia masih menemukan beberapa pohon cengkeh yang besar, rimbun dan tua, berbunga. Dan di pulau Ternate masih tersisa satu pohon cengkeh yang tua. Meski kaya rempah, uniknya desa-desa di Maluku tidak menyertakan cengkeh dalam masakan mereka.
Belajar Sejarah melalui Cerita
Buku dimulai dengan terbunuhnya kedua orangtua Sobori di satu desa. Dan orang tua Aimuna di desa lain. Desa-desa mereka diserbu oleh orang jahat. Termasuk desa tempat tinggal kakek mereka, Kek Gamati. Orang jahat itu adalah  Pani-Pani alias Kompani alias VOC, yang menghancurkan desa-desa yang menanam pohon cengkeh.
Sobori dan Aimuna bersaudara sepupu. Kek Gamati membawa kedua cucunya pindah ke desa yang aman. Dalam perjalanan itulah pembaca disuguhi kondisi desa-desa yang menderita akibat hongi dan ekstirpasi.
Hongi adalah program menghancurkan kebun-kebun cengkeh, baik yang tumbuh alami maupun ditanam penduduk, di pulau asal tumbuhnya, yaitu di Maluku Utara. Pohon-pohon dipindahkan Pulau Ambon, Seram dan sekitarnya. Hal itu bertujuan supaya persediaan di pasar dunia sedikit hingga harga dapat dikendalikan atau tetap tinggi. Pada masa sebelum orang asing datang, hongi dilakukan pihak istana untuk menagih pajak dan upeti dari rakyat.
Ekstirpasi adalah pembinasaan pohon cengkeh menurut daftar yang telah dibuat, terutama pohon yang pernah berbunga sekali atau lebih. Tujuan kebijakan ini untuk mengatur jumlah pasokan putik cengkeh tidak terlalu banyak di pasar international Eropa.