Saya baru saja menyimak podcast Gita Wirjawan yang mewawancara Carina Joe (35), orang Indonesia yang adalah peneliti senior dari Jenner Institute, Oxford University, Inggris.
Carina adalah ilmuwan yang menemukan teknologi dalam membuat vaksin 10 kali lebih banyak. Yang memungkinkan Oxford memproduksi vaksin Astra-Zeneca.
Carina lahir dan besar, menyelesaikan SD-SMA di Tanjung Duren, tinggal bersama orang tuanya. Kelas 2 SMA, guru biologinya memperkenalkan molecular biotechnology, yang sangat menarik perhatiannya.
Orang tuanya merestui Carina berangkat ke Hongkong untuk kuliah di jurusan molecular biology, dan mendapat gelar S1 dengan cemerlang. Tapi orang tuanya berpikir, nanti lulus kerja apa? Paling-paling sales alat farmasi.
Karena itu orang tuanya mengirim dia ke Melbourne untuk kuliah memasak, basic cookery, selama 3 tahun. Selesai, molekuler biologi memanggilnya lagi, ia pun kuliah master, di RMiT Melbourne.Â
Masih minggu pertama kuliah, setelah wawancara, profesornya menawarinya magang di satu perusahaan pemerintah terbesar di Australia. Dia menyanggupi. Akhirnya dia magang dan kuliah penuh waktu, 15 jam sehari.Â
Selama magang, dia menghasilkan teknologi molekul protein (molecule-based protein), karena itu dia mendapat CGMP -Current Good Manufacturing Practice, sertifikasi bergengsi yang hanya dimiliki oleh segelintir manusia di bumi ini.
Lulus master selama 2 tahun, Carina ditawari PhD oleh profesornya, dengan beasiswa. Ia mendapat gelar PhD setelah 4 tahun kuliah. Risetnya, dia mendesain teknologi obat Hepatitis B dengan efikasi 10 x lipat.
Pada masa akhir kuliahnya, 2019, dia berhasil menemukan teknologi dengan virus-like particles. Yang dapat digunakan untuk membuat vaksin Covid-19.
Dia diminta untuk bekerja untuk Oxford University, tempat riset, yang hanya mampu memberi gaji Carina kurang dari setengah yang dia dapat dari manufacturing di Australia.
Bagi Carina, makna hidup yang penting. Jadi meski mendapat uang jauh dibanding sebelumnya, ia terbang ke Inggris pada Desember 2019, sebelum Corona virus merebak di Wuhan.Â