Di Tebet ada perpustakaan umum. Namanya Baca Di Tebet.Â
Perpustakaan berdiri di atas tanah seluas kira-kira 600 meter, berlantai 2. Didirikan oleh dua sahabat: Kanti W Janis dan Wien Muldian. Keduanya pecinta buku. Tentu saja.
Kenapa buku?
Buku menghubungkan ragam fenomena hidup. Dari membaca kita mendapat pengetahuan pribadi, lalu aktivitas yang produktif, memiliki gagasan yang terakhir menjadi karya. Saya membaca buku sejak SD. Kata Wien.
Sejak kecil Ayah dan Ibu tidak menghujani saya dengan mainan. Tetapi buku. Merek menanamkan kecintaan membaca menjadi teladan hidup. Dan itu selalu aku syukuri. Kata Kanti.
Kenapa perpustakaan?
Sebagai wujud kecintaanku terhadap buku. Mendirikan perpustakaan ini. Kata Kanti.
Awalnya dari ngobrol-ngobrol. Rumah ini milik keluarga Kanti. Selama ini kosong, hanya dipakai satu ruang yang dipakai oleh satu lembaga swadaya masyarakat. Sayang kan. Lalu tercetuslah gagasan perpustakaan. Buat Kanti, ini yang pertama. Buatku, sudah beberapa kali. Jawab Wien.
Ketika tinggal di Tebet, dulu, Wien menyulap satu ruang bawah di rumah kontrakannya itu jadi perpustakaan mini. Ketika masih pegawai negeri sipil, ia ditugaskan merancang Perpustakaan Nasional di Gedung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jalan Sudirman. Waktu itu dikbud mendapat hibah puluhan buku dari British Council, perpustakaan milik Kedutaan Inggris, yang tutup.
Pertama, jumlah bukunya sebanyak ini?
Ndaklah. Aku punya buku. Wien punya buku. Buku-buku koleksi kamilah yang ditaruh di sini. Kata Kanti.