Komunikasi antas manusia telah rusak. Begitu pula sistem informasi dunia. Hal tersebut dikatakan oleh Yuval Noah Harari (46), sejarawan dan pemikir Yahudi, di podcast Gita Wirjawan beberapa waktu lalu (21/10/22). Sebuah perbincangan bersama Mark Sloms (61) psikoanalis asal Afrika Selatan, penulis buku The Brain & The Inner World (2002) - kaitan pikiran (mind) dan otak (brain).
Yuval mengatakan hal itu dalam menjawab kekhawatiran Gita tentang kecenderungan polarisasi percakapan dunia dan memudarnya demokrasi di seluruh dunia. Gita, dalam beberapa podcastnya, telah pula melatari kekhawatirannya tentang fakta mengatakan anak muda Indonesia menghabiskan 9 jam setiap hari, dengan gadgetnya. Artinya, kurang sepertiga dari 24 jam-nya habis dengan bermedia sosial.
Demokrasi, kata Yuval, pada hakikinya adalah konversasi antar manusia dari berbagai sudut pandang. Kalau manusia tidak lagi dapat saling berbicara, yang tersisa adalah pertikaian.Â
Dalam konteks dunia, dunia mengarahkan diri pada kediktatoran atau perang sipil. Di Amerika, dan di seluruh dunia, pertikaian bukan lagi berlatar ideologi seperti tahun 50-an. Pertikaian sengit di dunia sekarang ada di ruang informasi yang baru, yaitu media sosial (medsos).
Medsos, secara jelas dan terus menerus menunjukkan peperangan dalam merebut atensi orang lain. Hal ini diperparah dengan sangat mudahnya manusia memproduksi dan menyebarkan informasinya (melalui gadget). Manusia berperang sengit memperebutkan perhatian atau atensi orang lain (baca: mengklik tombol like).
Bagaimana merebut atensi atau like seseorang atas publikasi kita?
Manusia kemudian menoleh pada kecenderungan sifat binatang di dalam dirinya, atau cara purba yang termudah, yaitu menekan tombol marah, tombol takut, tombol benci, lalu menyebarkannya ke luar dirinya.
Makin manusia membuat manusia lain sangat takut atau sangat marah, ia akan mendapat perhatian (like) orang. Akibatnya, dunia makin dipenuhi dengan kemarahan, kegusaran, ketakutan, perang dan kebencian. Pada akhirnya, hancur kemampuan untuk terciptanya sebuah konversasi.
Hal lain tentang medsos adalah manusia menjadi sangat kasar dalam upaya merebut perhatian tersebut. Akibatnya manusia kurang memperhatikan hal-hal lain di luar medsos. Manusia tak sadar telah membiarkan diri dibanjiri informasi-informasi dari luar dirinya.Â
Padahal menurut Yuval, kebahagiaan didapat saat manusia mengenal dirinya sendiri. Dan satu upaya manusia mengenal diri sendiri adalah melalui meditasi.Â
Meditasi adalah praktik observasi terhadap diri atau apa yang muncul ketika melakukannya. Bila saat meditasi muncul perasaan tidak menyenangkan (unpleasant thing), tubuh akan melakukan observasi terhadap hal tersebut. Sampai timbul kesadaran. Kesadaran yang membuat manusia memahami dirinya. Â Manusia mencapai kebahagiaannya ketika ia paham dirinya.