yudas yudas
berkali kali aku berkata kepadamu
bicaralah
tapi aku tak cukup kau percaya
di desa keriot aku memandangmu
kerut di dahimu sangat dalam
ikutlah denganku kataku
aku pembunuh penipu pengkhianat katamu
aku tahu jawabku
namamu yang lain adalah memuji tuhan
yudas yudas
matamu melihat segala sesuatu
kepalamu hanya memikirkan satu
di rumah simon si kusta
semangatmu tumbuhÂ
seorang perempuan rambut ikal panjang
buli buli pualam wangiÂ
kau pikir itu persembahanÂ
ia membuka tutup buli buliÂ
membasahi punggung kakiku
semerbak harum di udara Â
buat apa pemborosan ini sengitmu
dijual uangnya memberi makan
ratusan miskin berhari hari
tapi aku mengenal hatimuÂ
kau kesal kala kuselaÂ
orang miskin selalu ada padamu
dia hanya mengurapikuÂ
kelak dunia mengenang yang dilakukannyaÂ
seperti dunia mengingat bengkok hatimu
kau pikir aku hanya cenayang cepat kaburÂ
kapan saja kematian merusuh Â
mungkinkah telingamu tak di sekitarÂ
waktu kukatakan tumitku injak dunia suramÂ
syeol di bawah kakikuÂ
yudas yudas
lihatlah dosa mengintip dari balik pintu
ia berkeliling seperti singa mengaum aum
mencari orang yang dapat ditelan
dan khilaf kian matang di dalam dirimu
siap ditunaikan padahalÂ
dunia menanggung derita yang sama
tak sudi kau bertahan
sekali lagi kau pergi dariku
tak percaya kepadakuÂ
tak indahkan cakapku
kau menguping imam tua tua bangsaÂ
berunding demi menamatkanku
jangan waktu perayaanÂ
supaya jangan timbul keributan
di antara rakyat banyak
kau pandangi tiga puluh keping perakÂ
di telapak tanganmu
selagi kau putuskan Â
aku cuma cenayang cepat kabur
kapan saja kematian mengancamÂ
tiga setengah tahun kau hidup bersamaku
matamu tak hirau wajahku
telingamu tak sadar suaraku
yudas yudas
di taman getsemani kau khianati akuÂ
dengan satu pukau ciumanÂ
aku berusaha menatap matamu
Berusaha mengingatmanmu
jangan putus asa setelah ini
kau tahu ini harus terjadiÂ
aku mati di kayu palang Â
bukan kesudahanku
temuilah petrus
bicaralah dengan yohanesÂ
diamlah di antara sebelas saudaramu
mereka akan menjaga hatimu waras
selagi aku menyelesaikan pekerjaankuÂ
jangan lari darikuÂ
jangan lari dari saudara saudaramuÂ
yudas yudas
sengit awan ragu di atas kepalamu
getir semesta hening perkaramu Â
aku menyesalimu
aku mencintaimuÂ
aku sungguh mencintaimuÂ
04/03/19
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H