Di tengah kota Jakarta, hiduplah seorang ayah bernama Pak Santoso. Di usianya yang sudah lanjut, Pak Santoso menghabiskan hari-harinya dengan kenangan indah bersama anak dan cucunya. Namun, kehidupan di kota besar tidak selalu ramah. Suatu ketika, anaknya yang terbebani oleh kesibukan dan tanggung jawab merasa bahwa merawat Pak Santoso adalah sebuah beban. Dalam sebuah keputusan yang menyakitkan, anaknya memutuskan untuk membuangnya ke panti jompo.
Pak Santoso, yang merasa dikhianati, melarikan diri dari panti. Ia ingin kembali ke Jakarta, ke pelukan keluarganya. Namun, langkahnya membawanya jauh dari Jakarta, hingga ia terjebak di kota Tasikmalaya. Lingkungan yang asing dan tidak dikenal membuatnya merasa sepi dan putus asa.
Hari demi hari berlalu, dan Pak Santoso mulai merasakan kelaparan. Ia sedang berdiri kebingungan didepan mesin atm yang ternyata saldonya kosong, terus ia duduk disekitaran atm tersebut,tetapi tidak ada yang mau membantunya. Ia melihat orang-orang berlalu-lalang, sibuk dengan urusan masing-masing.
Suatu sore, saat matahari mulai tenggelam, Pak Santoso duduk di tepi trotoar. Hatinya hancur memikirkan anak-anaknya yang telah melupakan dirinya. Kenangan indah bersama mereka berputar di pikirannya, tetapi semua itu terasa semakin menjauh.
Tiba-tiba, seorang pemuda bernama Ilham yang sedang pulang dari kerja melihat Pak Santoso. Dengan penuh rasa kasihan, ia mendekati kakek itu. "Kakek, apakah kakek lapar?" tanyanya. Pak Santoso hanya bisa mengangguk, air mata mengalir di pipinya. Singkat cerita,Ilham mengajaknya ke warung nasi terdekat.
Di warung, Pak Santoso menikmati sepiring nasi dengan lauk sederhana. Setiap suapan terasa seperti berkah. Ilham tidak hanya memberinya makan, tetapi juga mendengarkan kisah hidup Pak Santoso. Dalam cerita-cerita itu, Ilham merasakan kepedihan dan kehilangan yang mendalam.
"Kenapa kakek tidak kembali ke Jakarta?" tanya Ilham. Pak Santoso menggelengkan kepala. "Anak-anak saya sudah tidak mau mengurus kakek lagi," jawabnya dengan suara bergetar dan tak bisa menahan air matanya. Mendengar hal itu, Ilham merasa kasihan. Ia mendengarkan banyak cerita pengalaman hidupnya,lalu ia menenangkannya.
Singkat cerita, Pak Santoso berkata, "Terima kasih, Nak. Kakek merasa hidup kembali berkatmu." Ilham tersenyum,"Sama-sama pak,semoga sehat selalu".
Akhir cerita Di tengah kesedihan yang pernah menghampiri, Pak Santoso menemukan harapan baru. Ia menyadari bahwa meskipun ada orang yang meninggalkannya, masih ada orang baik di dunia ini. Kakek dari Jakarta yang terjebak di Tasikmalaya kini menemukan semangat dan harapan kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H