Semua yang ada di sekitar kita mengalami perubahan. Perubahan yang berlangsung dalam jangka waktu lama dan berangsur-angsur serta diwariskan, dikenal dengan istilah evolusi. Evolusi dapat juga digunakan dalam astronomi, geogologi, Â anthropologi, dan ilmu-ilmu lainnya (National Academy of Science, 1998). Hal tersebut membuat adanya istilah evolusi biologi (organic) yang membahas tentang makhluk hidup, evolusi budaya yang membahas tentang perubahan yang terjadi pada kebudayaan manusia, dan evolusi kosmik atau evolusi benda tak hidup termasuk evolusi bumi, planet, bebatuan sampai dengan teknologi yang diciptakan manusia (Sidiq, 2016).
Menurut (Nurhidayati & Zulandri, 2012) dalam (Saputra, 2017) Pembelajaran evolusi dibutuhkan di sekolah, karena dengan evolusi siswa diberi bekal ilmu pengetahuan tentang arkeologi, palaentologi, arkeologi, biologi secara umum maupun secara molekuler, geografi, dan sebagainya). Evolusi juga perlu dijarkan di sekolah guna menambah wawasan siswa tentang evolusi sehingga siswa memahami konsep evolusi serta mekanismenya (Makkadafi, dkk, 2016).
Menurut (Nasution, 2012) Modul merupakan suatu unit yang lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas.
Modul juga dapar diartikan sebagai media pembelajaran dan bahan ajar siswa yang disusun secara sistematis dan menarik dengan tujuan peningkatan pemahaman dan minat siswa terhadap pembelajaran. Modul sebagai bahan ajar memiliki karakteristik prinsip belajar mandiri, dimana siswa dituntut dengan pembelajaran aktif berpartisipasi guna mengangembangkan diri yang tidak terikat  dengan kehadiran guru, teman sekolah, dan pertemuan tatap muka di kelas (Lasmiyati dan Harta, 2014).
Hal tersebut sejalan dengan kurikulum 2013 yang menuntut siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran. Keaktifan siswa ketika pembelajaran guna mengantisipasi berbagai kebutuhan dan tantangan yang dihadapi sesuai abad 21, yang dicirikan dengan pesatnya informasi, komputasi, otomasi dan komunikasi (Sani, 2014).
Peserta didik diarahkan untuk mencari tahu dari berbagai sumber, baik media cetak, internet, maupun lingkungan sekitar sebagai antisipasi pesatnya informasi. Antisipasi terhadap tantangan komputasi adalah peserta didik diarahkan pada pembelajaran yang berorientasi pada pemecahan permasalahan yang dihadapi sehari-hari. Pembelajaran diarahkan untuk melatih berpikir analitis dan mampu mengambil keputusan yang cepat dan tepat sebagai antisipasi dari tantangan otomasi. Pembelajaran yang menekankan pada pentingnya kerjasama dan kolaborasi dalam menyelesaikan permasalahan sebagai saranan berkomunikasi yang baik dan lancar.
Proses pembelajaran yang menekankan pada fakta atau fenomena mendukung kreatifitas peserta didik. Kreatiftas tersebut dapat dicapai dengan pendekatan saintifik (scientific approach). Pendekatan saintifik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran dimana siswa lebih aktif dalam membangun pengetahuan dan keterampilannya, mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan dan menemukan fakta-fakta dari suatu fenomena atau kejadian. Pendekatan saintifik melatih siswa untuk menemukan kebenaran ilmiah bukan beropini dalam melihat fenomena. Hal tersebut didukung dengan tahapan pendekatan saintifik berupa mengamati, menanya, mengumpulkan informasi (mencoba), mengasosiasikan dan mengkomunikasikan (Abduh, 2017).
Model Think, Talk, Write merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang dibangun berdasarkan kemampuan berpikir, berbicara, dan menulis. Pembelajaran ini dimulai dengan berpikir melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritisi, dan alternatif solusi), lalu hasil bacaannya dikomunikasikan dengan presentasi dalam diskusi, dan kemudian membuat laporan hasil presentasi (Suyatno, 2009). Model ini dapat meningkatkan dan mengembangkan kreativitas siswa dalam berpikir kritis, berkarya dan berkomunikasi secara aktif melalui diskusi kelompok dan presentasi.
Pengembangan modul dimaksudkan agar peran modul sebagai bahan ajar dan media dapat tercapai sehingga membentuk siswa yang mandiri. Pengembangan modul evolusi melalui Pendekatan Saintifik menggunakan Model Think, Talk, Write di SMA yang dilakukan oleh (Wulandari, dkk , 2012) menggunakan pengembangan modul model pengembangan Dick & Carey (2009)Â yang terdiri dari sepuluh langkah. Namun, pada penelitian ini dimodifikasi menjadi Sembilan langkah. Langkah tersebut dapat diamati pada kerangka berikut ini.
Penelitian tersebut menghasilkan hasil validasi dari ahli perangkat pembelajaran dan ahli desain pembelajaran diperoleh persentase sebesar 90,77% untuk silabus, 91,04% untuk RPP, dan 98,57% untuk modul dengan kategori sangat valid. Hasil validasi dari ahli materi terhadap modul diperoleh persentase 82,33% dengan kategori valid. Hasil validasi dari praktisi pelaksana pembelajaran di lapangan diperoleh persentase  sebesar 97,25% untuk silabus, 93,08% untuk RPP, dan 100% untuk modul dengan kategori sangat valid. Hasil uji coba keterbacaan kelompok kecil oleh peserta didik terhadap modul diperoleh persentase  sebesar 86,78% dengan kategori sangat valid.
Adanya modul evolusi yang dirancang dengan model Think, Talk, Write melibatkan peserta didik dalam memikirkan konsep awal yang merangsang apersepsi serta motivasi peserta didik terhadap tema yang akan dipelajari, membahas ide-ide yang ditemukan peserta didik dengan teman dalam kelompoknya, serta menuliskan pokok pikiran penting setelah bertukar pikiran dengan kelompoknya. Kegiatan dalam model Think, Talk, Write diharapkan mampu menghindarkan peserta didik dari pembelajaran evolusi yang membosankan dan monoton, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.