Industri manufaktur termasuk tulang punggung ekonomi suatu negara.
Contoh industri manufaktur adalah industri penerbangan (aircraft), mobil, komputer, buku, tekstil, obat-obatan, alat kesehatan, dan pabrik-pabrik lainnya.
Sektor manufaktur yang bertumbuh dengan baik tentu akan berpengaruh secara positif pula kepada aspek ekonomi yang lain, di antaranya dalam bentuk:
- Peningkatan pendapatan per kapita
- Penurunan angka pengangguran
- Menurunnya tingkat kemiskinan
Walaupun memang pada awalnya, sektor pertanian berperan besar pada perekonomian di Indonesia, namun kontribusi sektor pertanian ini terus menurun dari tahun ke tahun. Dengan sekitar 31% total tenaga kerjanya berada di sektor pertanian, ternyata kontribusi sektor tersebut kini hanya sekitar 13% dari PDB (Pendapatan Domestik Bruto).
Bandingkan dengan kontribusi industri manufaktur terhadap PDB yang sebesar 20,2% di tahun 2017.
Salah satu indikator penting di sektor ini adalah PMI (Purchasing Managers' Index) atau Indeks Manajer Pembelian Manufaktur. Indeks ini merupakan angka yang merepresentasikan kondisi sektor manufaktur pada suatu negara.
Intinya, jika suatu negara memiliki angka PMI di bawah 50, maka hal tersebut merupakan pertanda bahwa perekonomian dalam keadaan tidak baik-baik saja akibat lesunya sektor manufaktur. Sebaliknya, apabila PMI di atas level 50 maka industri manufakturnya dalam kondisi solid atau kuat.
Maka cukup mengkhawatirkan, jika PMI di Indonesia akhir-akhir ini berada pada level 48,9 (Agustus 2024). Gambaran terkontraksinya sektor (industri) manufaktur di Indonesia ini terbukti dengan turunnya kinerja ekspor, nilainya melorot 6,38% (September 2024).
Namun ternyata fenomena penurunan PMI ini memang terjadi di beberapa negara lainnya, di antaranya merupakan mitra dagang utama/ strategis dari negara kita.
Ada pun datanya sebagai berikut: