Pendahuluan
Akhir-akhir ini, agak santer terdengar istilah 'Goldilocks Economy' (kondisi ekonomi Goldilocks). Ekonomi Goldilocks adalah suatu keadaan perekonomian yang 'tidak kepanasan' (sehingga tidak mengundang inflasi), namun juga 'tidak dingin' (yang bisa menyeret kepada resesi). Dengan kata lain, posisinya amatlah 'pas'. Ketepatan suhu ekonomi ini merupakan satu peluang emas, yang gilirannya akan menggerakkan keseluruhan perekonomian kepada fase optimal.
Indikator utama kondisi ekonomi Goldilocks adalah pertumbuhan ekonominya yang tidak melaju terlalu cepat (overheating), juga tidak terlalu lambat, sehingga juga diistilahkan sebagai moderate (mediocre).
Istilah ini muncul pertama kali tahun 1992 dan terinspirasi oleh dongeng anak berjudul "Goldilocks and the Three Bears" (Goldilocks dan Tiga Ekor Beruang).
Kemiripan atau analoginya terletak pada bagaimana perasaan seorang bocah inosen yang mampir tanpa diundang, ke rumah keluarga beruang -- terdiri dari papa, mama, dan anak beruang. Tanpa izin, gadis kecil tadi menjajal dan mengindrai berbagai pernak-pernik milik keluarga beruang, mulai dari kursi, bubur sarapan, hingga tempat tidur. Khusus untuk kudapan, didapatinya rasa yang 'tepat' memenuhi seleranya adalah pada bubur yang tersaji pada mangkuk anak beruang, yang usai dilahapnya hingga tandas. Goldilocks mengomentari kelezatan bubur tersebut dengan ujaran,"...Tidak terlalu panas, dan tidak terlalu dingin."
Mengapa pilihan jatuh pada kisah tersebut? Selain kemudahan pemahaman, keterwakilan atas sensasi rasa dari 'pas banget' pun diperoleh. Adapun tokoh 'bear' atau beruang, merupakan jenis hewan yang tak asing di telinga para pemain saham, yakni pada istilah 'bearish' yang berarti pasar mengalami penurunan (aksi jual).
Pembahasan
Kondisi ekonomi Goldilocks sejatinya adalah masa recovery/ pemulihan setelah mengalami krisis ekonomi dalam berbagai bentuknya, dengan atau tanpa gerakan bertumbuh (growth).
Karakteristik kondisi ekonomi Goldilocks:
- Laju inflasi di Negara tersebut cukup rendah, misalnya di Amerika Serikat, inflasinya sesuai target Bank Central yakni 2%
- Rendahnya angka pengangguran, menuju ke arah full employment
- Terpeliharanya stabilitas ekonomi
- Suku bunga yang berlaku juga rendah
- Pertumbuhan GDP stabil, antara 2% - 3%
- Kebijakan moneter yang dapat diterima pasar (market-friendly monetary policy)
- Pasar saham juga tenang, tak bergejolak
- Kenaikan harga aset (misalnya property) juga normal
- Investor tidak minta yield yang tinggi