Mohon tunggu...
Noverita Hapsari
Noverita Hapsari Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang Kompasianer

“...aku menulis bisa jadi karena kedukaan-ku, atau ..mungkin juga akibat kesukaan-ku...”

Selanjutnya

Tutup

Money

Teori Konsumsi: Antara Kartu Kredit dan Kartu Debit

29 April 2018   18:23 Diperbarui: 29 April 2018   18:40 784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendahuluan

Fungsi konsumsi masyarakat di dalam suatu sistem perekonomian yang lebih popular dan lebih dipahami adalah teori konsumsi versi Keynesian.

Secara detailnya, fungsi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

ilustrasi pribadi
ilustrasi pribadi
Gambar 1. Fungsi Konsumsi Keynesian

Sebagai informasi tambahan, gambar di atas adalah fungsi konsumsi jangka pendek (short-run), yang memiliki sedikit perbedaan dengan konsumsi jangka panjangnya (long-run).

Pembahasan

Penulis bermaksud membahas fungsi konsumsi dari sisi pandang ekonom Irving Fisher, yang dikenal dengan nama 'Intertemporal Choice'. Perbedaannya dengan Keynesian adalah sifatnya yang 'forward looking' (berpandangan jauh ke depan). Atau kerennya, mungkin bisa juga disebut rasional visionaris.

ilustrasi pribadi
ilustrasi pribadi
Gambar 2. Intertemporal Budget Constraint

Keterangan

Garis A -- C : menunjukkan kombinasi pilihan dalam konsumsi seseorang/ masyarakat pada periode pertama (C1/ waktu yang sekarang) dengan konsumsi periode berikutnya (C2).

Kita ambil contoh, misalnya konsumsi di bulan Januari. Jika demikian, maka untuk konsumsi periode kedua atau bulan berikutnya (C2) adalah bulan Februari.

Sepanjang garis A -- B : adalah posisi preferensi untuk konsumen tipe penabung. Artinya ia tidak menghabiskan seluruh gajinya di bulan Januari itu ( C < Y ) sehingga masih mampu menabung saldo/ sisa pendapatannya untuk dikonsumsi di periode berikutnya (bulan Pebruari).

Selain parameter 'waktu', maka variable suku bunga juga menjadi penentu utama. Peran suku bunga  ini adalah sebagai pen-diskonto, untuk memperoleh nilai dari Net Present Value/ NPV.

Agar lebih detail, penulis akan mengambil dua contoh kisah.., eh kasus...

Kasus I. Kartu Kredit

Tersebutlah si X, yang berada di tepi jurang tanggal tua, dimana uang gaji Januari telah terkuras habis untuk memenuhi kebutuhannya. Sayangnya, justru saat itulah, si X merasa kepincut, menginginkan satu gadget/ gawai baru. Dan, kini ia tengah berada di toko HP tersebut, menimang-nimang barang idamannya tersebut.

Kala ia mengemukakan kendala kantong kempisnya ini, mbak SPG tak kehilangan akal. Ia langsung berujar bahwa pembayaran dapat saja dilakukan dengan menggunakan kartu kredit. Dengan pembebanan bunga sekian persen, tentunya.

Peribahasa 'besar pasak daripada tiang' pun segera dinafikan oleh hasratnya sendiri, walau sesaat tadi terngiang-ngiang di telinganya sejenak. Si X pun menyetujui transaksi tersebut.

Ilustrasi kisah di atas yaitu:

ilustrasi pribadi
ilustrasi pribadi
Gambar 3. Kartu kredit, please...

Dengan demikian pola konsumsi si X ada di titik D, yakni memaksakan diri untuk mengkonsumsi lebih dini atas hak penggunaannya di masa depan.

Kasus II. Kartu Debit

Lukisan itu mencuri pandangannya sejenak. Lalu bertambah dua jenak. Si Y pun merasa jatuh hati pada karya indah tersebut dan segera dihampirinya kios kecil di pinggir jalan yang berdebu, siang itu.

Lukisan-lukisan tersebut tengah diobral, membuat Y semakin bertekad bulat untuk memborong beberapa dari barang seni itu. Namun disadarinya, bahwa di penghujung bulan tua Januari, ia tidak memiliki banyak uang tersisa di dompet. Ia pun berinisiatif untuk melakukan transaksi menggunakan kartu kredit saja.

Walau sang penjual memiliki alat Electronic Data Capture/ EDC di mejanya, namun ia menolak ketika Y menyodorinya kartu kredit miliknya.

"Kartu debit saja, pak," ujar bapak penjual.

Alasannya adalah kiosnya akan ditutup, dan sang penjual akan pindah ke kota lain.

Karenanya ia butuh cash, dan menolak yang berbau 'cicilan'.

"Yang pasti-pasti aja lah..." guraunya.

Dengan sedikit berat hati, si Y pun mengurungkan niatnya semula untuk membeli dua lukisan sekaligus, dan hanya membeli satu saja. Ia pun segera menyerahkan kartu debitnya untuk diproses.

Berasumsi, bahwa isi kartu debitnya adalah seluruh sisa gaji bulan Januari (Y1), maka ilustrasi kasus di atas kurang lebih sebagai berikut:

ilustrasi pribadi
ilustrasi pribadi
Gambar 4. Kartu debit aja...

Nah, pada kisah di atas, maka titik konsumsi Mr. Y ini ada pada tepat di titik A. Akibat tidak bisa diaksesnya peluang penggunaan kartu kredit, maka bentuk kurva konsumsinya adalah 'kinked'.

Interpretasinya adalah mau tak mau ia konsisten dalam membiayai konsumsinya, yakni hanya sebatas pendapatannya di bulan Januari tersebut saja (C = Y), tanpa melampauinya sedikit pun. Pas banget.

Penutup

Seyogianya, kita mengambil sikap bijaksana dalam membelanjakan pendapatan kita. Teristimewa lagi, bagi adik-adik yang secara finansial masih ditanggung ortu masing-masing.

Sebaiknya sih, jangan terlalu bersikap konsumtif.

                                                                                                                             ---***---

Sumber: "Macroeconomics" oleh N. Gregory Mankiw, Chapter 16

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun