Untsur utama dari DSA adalah solvency, atau kemampuan di dalam membayar hutang beserta bunganya. Juga masalah liquidity, yakni jaminan kelancaran dalam membayar obligasi yang jatuh tempo. Jumlah cadangan forex juga harus dijaga untuk memayar amortisasi, misalnya. Tapi itu semua hanya bertujuan untuk kepentingan jangka pendek belaka.
Dalam jangka panjang, ULN bukan hanya menyangkut solvency saja, namun juga wajib dijaga agar selalu berkesinambungan (sustainability) oleh Pemerintah, dengan cara yang cerdas (baca: disukai oleh negara-negara kreditur atau pihak pemberi pinjaman). Contohnya, dengan menyatakan komitmen untuk terus meningkatkan keseimbangan primer di masa mendatang
Sedangkan isu-isu yang tidak diinginkan/ dihindari oleh pihak kreditur (bad ways), di antaranya adalah:
- jangan sampai default dalam skala besar
- jangan sampai melakukan restrukturisasi, rescheduling, renegosiasi
- lebih-lebih jangan jadi pengemplang utang
- jangan menciptakan inflasi tak terkendali (unexpected inflation) di dalam negeri
- jangan membuat keputusan yang mengejutkan secara negatif, baik di bidang ekonomi maupun politik, yang pada gilirannya mengganggu market confidence.
Karena itu beberapa ekonom menganggap masalah debt sustainability (DS) ini sebagai suatu hal yang bernuansa 'art', selain 'science' (secara kualitatif).
Secara kuantitatif, ada beberapa formula yang digunakan dalam menjalani DSA:
yakni melalui rumus reaction function, yang merefleksikan fiscal behavior (terutama keseimbangan primernya). Keseimbangan primer adalah penerimaan negara dikurangi belanja, di luar pembayaran bunga utang.
Keterangan:
Garis A-A: garis batas/ demarkasi dengan slope GAMMA ( )
Pada prinsipnya, keseimbangan primer saat ini ditentukan oleh tingkat hutang yang ditarik pada periode sebelumnya (setahun yang lalu).