Merancang kegiatan pembelajaran memiliki tantangan tersendiri bagi pendidik PAUD. Terlebih lagi di masa sekarang ini, dimana teknologi berkembang dengan sangat pesat, bahkan susul menyusul.Â
Banyak pertanyaan bermunculan dalam benak guru PAUD ketika hendak merancang pembelajaran: apakah topik yang yang saya sajikan di kelas masih relevan dengan perkembangan jaman? Â Strategi apa yang paling tepat untuk saya gunakan dalam menyusun kegiatan pembelajaran? Bagaimana cara yang tepat dalam merencanakan kurikulum yang sesuai dengan karakteristik peserta didik PAUD? Bagaimanakah kurikulum dapat diimplementasikan dalam pembelajaran? dan sebagainya.
Kurikulum merdeka memberikan keleluasaan bagi pendidik PAUD untuk mengembangkan pembelajaran yang relevan dengan konteks dan kebutuhan peserta didik, yang berpusat kepada anak, berfokus pada pengembangan kompetensi dan karakter peserta didik, serta menekankan pada konsep-konsep atau materi yang esensial dan mendalam.Â
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa fokus pengembangan kurikulum adalah mengembangkan kompetensi dan karakter peserta didik, bukan pada penyelesaian materi pembelajaran. Salah satu pendekatan yang paling efektif dalam merancang pembelajaran PAUD adalah pendekatan Backward Design (Backward Design Approach).
Backward Design merupakan suatu kerangka pengembangan kurikulum yang diawali dengan menentukan tujuan pembelajaran yang diinginkan (learning outcomes), kemudian bekerja secara mundur untuk merancang asesmen dan kegiatan instruksional yang akan memimpin kepada tercapainya tujuan tersebut. Pendekatan tersebut berlawanan dengan model Forward Design, yang selama ini sering digunakan. Alih-alih menentukan konten atau materi yang akan disampaikan, atau buku apa yang akan kita gunakan, kita memulai dengan menentukan tujuan di awal pembelajaran.
Menurut Wiggins dan Mc Tighe (2005), backward design menghasilkan tujuan jangka pendek maupun jangka panjang yang terdefinisi dan terpadukan dengan baik, penilaian yang lebih tepat, dan pembelajaran yang lebih terarah. Backward design akan membantu guru untuk dapat menentukan hasil yang harus dicapai siswa di akhir pembelajaran, serta menolong guru dalam hal pemilihan materi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Disamping itu, backward design juga menolong guru untuk menentukan pendekatan, metode atau strategi yang paling tepat dalam menyajikan pembelajaran kepada siswa.
Lebih lanjut, Bullard (2019) menjelaskan bahwa beranjak dari menentukan tujuan di awal pembelajaran, dilanjutkan dengan merencanakan asesmen sebelum merancang aktivitas pembelajaran, maka fokus pembelajaran akan tetap mengarah pada tujuan yang diinginkan (Bullard, 2019). Penekanan pada output (apa yang akan anak pelajari) dan bukan input (apa yang akan guru ajarkan) akan mendorong terciptanya pembelajaran yang lebih mendalam, kaya akan konten, pemahaman tingkat tinggi (higher level thinking), pembelajaran yang transferable, dan meningkatkan pemahaman siswa.
Wiggins dan Mc Tighe (2005) membagi Backward Design dalam 3 langkah, yaitu:
Mengidentifikasi hasil yang diharapkan.
Proses merencanakan pembelajaran diawali dengan menentukan hasil atau capaian yang diharapkan di akhir pembelajaran. Biasanya hasil pembelajaran tersebut dirumuskan dalam sebuah kalimat dengan menggunakan kata kerja aktif, dan berfokus pada apa yang akan dicapai oleh siswa. Contohnya: "Pada akhir pembelajaran, siswa dapat ....". Dalam menentukan tujuan pembelajaran, perlu memperhatikan hal-hal berikut: