Mohon tunggu...
Iskandar Zulkarnain
Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Penulis Buku ‘Jabal Rahmah Rendesvous Cinta nan Abadi’, 'Catatan kecil PNPM-MPd', 'Menapak Tilas Jejak Langkah Bung Karno di Ende', 'Sekedar Pengingat', 'Mandeh Aku Pulang' (Kumpulan Cerpen) dan 'Balada Cinta di Selat Adonara' (Kumpulan Cerpen). Ayah. Suami. Petualang. Coba berbagi pada sesama, pemilik blog http://www.iskandarzulkarnain.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Wisata Alternatif

20 Desember 2016   12:22 Diperbarui: 20 Desember 2016   12:46 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selat Bali (dok.Pribadi)

Jika kita membaca kata destinasi, maka memori dalam pikiran kita, membayangkan obyek wisata yang indah yang telah kita kunjungi. Bisa juga, kita hanyut dalam khayalan tentang obyek wisata yang belum kita kunjungi. Berbagai gambar khayal muncul, akan bagaimana dan akan apa yang akan kita kerjakan di tempat indah yang akan kita kunjungi itu.

Berbagai persiapan dan bekal, kita lakukan untuk mengunjungi destinasi wisata, baik yang telah pernah kita kunjungi ataupun yang belum pernah kita kunjungi. Persiapan itu, bisa dengan pertanyaan, kapan akan kita kunjungi? Berapa lama waktu untuk tinggal disana? Berapa lama waktu dalam perjalanan? Berapa biaya yang diperlukan dalam perjalanan ke sana. Apa saja agenda acara yang akan kita lakukan disana? Setelah semua persiapan matang, perjalanan itupun dilakukan.

Jika tak ada hal-hal diluar perkiraan, maka perjalanan itu, tentu akan sesuai dengan apa yang telah kita rencanakan.

Ketika kita selesai dengan acara yang telah kita “schedule” kan, maka kita pulang dengan kondisi kejiwaan yang lebih fresh, segar dan siap untuk melakukan aktifitas lain yang lebih menantang.

Pointnya. Perolehan akhir yang kita harapakan dari sebuah perjalanan destinasi, adalah kondisi kejiwaan yang Fresh.

Jikalau, tujuan akhir dari sebuah perjalanan destinasi, hanya untuk memperoleh kondisi kejiwaan yang fresh. Mengapa kita tidak pernah bertanya, apakah ada alternative lain, untuk memperoleh hasil yang sama dengan tidak menghabiskan biaya yang tidak sedikit, waktu yang tidak sebentar serta keruwetan yang bisa saja akan terjadi, jika ada hal-hal diluar perkiaraan kita?

Jawaban dari pertanyaan itu, ada..!

Itulah yang disebut dengan destinasi hati.

Caranya? Ternyata, sangat mudah.

Sesungguhnya, dalam hati kita, banyak tempat-tempat indah yang patut kita kunjungi setiap saat. Disana juga ada tempat-tempat berbahaya bagi kita. Maka sebagai pemilik tunggal dari hati diri sendiri. Maka perlu, bagi kita untuk setiap saat berkunjung pada tempat yang indah, sekaligus merekondisi tempat-tempat yang tidak indah untuk menjadikannya indah. Adagiumnya, jika tidak kita sendiri yang melakukannya, lalu, siapa lagi? Kalau bukan sekarang kita lakukan, kapan lagi?

Tempat indah itu, misalnya pada areal kenangan indah, ketika kita jatuh cinta pada pasangan hidup kita. Lalu bagaimana kondisinya sekarang, adakah areal cinta yang dulu pernah membuat hidup kita begitu berarti, masih seperti dulu. Atau sudah menjadi areal semak belukar yang tak ada pohon cinta disitu lagi? Pohon cinta yang karena tak pernah kita dikunjungi, tak pernah kita beri pupuk, menjadi merana, lalu dengan banyaknya semak belukar yang tak pernah kita bersihkan menjadikan pohon cinta itu semakin cepat menuju kematiannya. Mengapa, kita tak mencoba kembali untuk membersihkan semak belukar yang tumbuh disana? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun