Itulah salah satu hikmah silaturahmi, ada saja yang bisa diambil manfaatnya. Tidak harus silaturahmi berhadap-hadapan secara fisik, karena dunia sudah maju, apa yang dulu harus diucapkan secara face to face, kini dapat dilakukan melalui HP. Apa yang dulu harus diceritakan ketika bertemu, kini dapat diwakili melalui tulisan, khususnya di Kompasiana.
Apa yang diucapakan (ditulis) Pak Isk_harun, sungguh menginspirasi saya untuk menulis malamini, sebab utamanya, cerita tentang pengalaman memiliki nama yang banyak “sama” dengan teman-teman. Kalau pak Isk_harun mempunyai banyak cerita tentang nama itu, tentu saya punya banyak cerita juga. Diantara pengalaman tentang nama yang sama itu, antara lain.
Pertama, Malam ini saya merasa sangat surprise, kebetulan nama pak Isk_harun sama dengan nama saya. Lho kok bisa, kan jelas berbeda. Darimana samanya? Ternyata, letak perbedaannya, karena nama saya, saya tulis lengkap sedang nama pak Isk_harun disingkat.
Kedua, Ketika saya awal-awal menjadi kompasianer, pada awal tulisan saya yang berjudul Kemiskinan, sebuah Fenomena. Ada yang komen yang menyatakan nama saya mirip dengan Admin kompasiana…. Salam kenal pak (Harja Saputra). Ketika itu saya belum paham apa yang dimaksud pak Harja Saputra. Berlalunya waktu, saya baru paham yang dimaksud. Bahkan kesempatan untuk bertemu langsung itupun terwujud, ketika Acara Nangkring Bareng bertempat di Pisa Café, Jakarta Selatan. Pada Kesempatan Acara Nangkring Bareng itu, saya bertemu juga dengan pak Isk_Harun. Ternyata kini baru saya tahu. Moment acara Nangkring Bareng, mempertemukan tiga Iskandar Zulkarnain. Sebagai kenang-kenangan pada Acara Nangkrig Bareng itu, dan bertemunya dengan sang Admin, saya tuliskan di kompasiana dengan Judul, Beda Kami bukan hanya e dan i. Lihat disini.
Ketiga, ketika saya kuliah, ditahun pertama, diangkatan yang sama, jurusan yang sama dan kelas yang sama, ada teman yang namanya pas banget dengan sama, Iskandar Zulkarnain. Beda kami, saya agak berisi, teman saya kurus tinggi, saya selalu mendapat nilai tinggi untuk ilmu-ilmu eksakta seperti Kalkulus (4 semester dgn nilai A), demikian juga dengan Mekanika, teman saya biasa-biasa saja. Teman saya lebih dulu selesai kuliah, sedangkan saya terlambat, karena terlena cari duit.
Hingga kini kami saling kontak, temen saya selalu memakai nama lengkapnya di Media sosialnya, sehingga banyak temen saya di FB suka keliru dengan nama teman saya yang bernama sama itu.
Keempat, ketika kerja, saya memiliki Boss langsung diatas saya, dengan nama yang persis sama, bedanya saya dengan beliau, saya lebih tua, saya anak buah beliau. Ketika ada yang menanyakan Iskandar yang mana, jika yang dimaksud saya, maka tambahannya selalu Iskandar yang tua. Dihadapan temen-temen selevel, untuk menghibur diri, selalu saya katakan bahwa Boss saya itu, orang tuanya meniru nama saya, karena saya lahir duluan dan orang tua kami dulu bersahabat….. hehehehe.
Kelima. Pada suatu kesempatan, ditempat saya kerja, ada pejabat dari Pusat yang memberikan penyegaran dan motivasi pada kami. Beliau mengatakan, bahwa orang yang bernama Iskandar Zulkarnain, umumnya kreatif dan banyak akal, contohnya beliau. Orang pusat ini, memaparkan panjang lebar tentang inovasi dalam kerja yang perlu kami lakukan. Dalam acara sesi tanya jawab, saya berdiri danbertanya, sebelum bertanya, sebagaimana peserta yang lain, memperkenalkan diri terlebih dahulu. Ketika saya memperkenalkan diri, dan menyebut nama saya Iskandar Zulkarnain, seketika ruangan menjadi riuh rendah……….xixixixixi
Keenam, dalam sebuah perjalanan denga Bus, Bus yang sama tumpangi mengalami kecelakaan, peristiwa ini disiarkan TV. Diantara nama-nama korban terdapat nama Iskandar Zulkarnain. Seluruh anggota keluarga menonton acara itu. Mereka semua tegang dan sangat terpukul, dalam pemikiran keluarga, saya termasuk pada mereka yang menjadi korban. Pada saat yang sangat menegangkan itu, saya mengetuk pintu. Semua terkejut, apakah yang datang ini benar saya atau arwah yang gentayangan? Setelah saya jelaskan bahwa pada Bus yang kecelakaan itu, ada dua nama yang sama. Barulah mereka tenang, lalu tangis harupun tumpah ruah di ruangan keluarga itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H