Kaya miskin sebuah Negara, dapat dilihat dari beberapa indikasi. Misalnya jumlah mereka yang memiliki kendaraan bermotor, cara bepergian dari satu tempat ke tempat lain, sarana apa yang digunakan atau menganalogikan sesuatunya terhadap Negara yang ingin di perbandingkan.
Itulah beberapa bahasan saya, bersama beberapa teman ketika kami menghabiskan waktu di kedai kopi, sore itu sebelum pulang ke rumah.
Seorang teman, mengatakan, bahwa sekarang ini, kondisi ekonomi Indonesia sudah mengalami kemajuan luar biasa. Â Bahkan sudah berada diatas Filipina, Tiongkok, Kamboja, India dan Thailand.
Mendengar ucapan sang teman, serta sadar, jika pembicaraan berlangsung di kedai kopi, saya hanya tersenyum. Â Tidak berusaha mengiyakan, sekaligus tidak juga membantah.
Melihat reaksi saya, sang teman agaknya merasa dilecehkan, apalagi disaat yang sama, teman yang lain, bertanya. Apa indikasinya? Sehingga dapat disimpulkan, bahwa ekonomi Indonesia sudah lebih makmur dibandingkan  dengan Filipina, Tiongkok, Kamboja, India dan Thailand.
Lalu, teman yang tadi, memberikan jawabang dengan analogi.
Ketika kita pergi ke Jepang, jika kita makan nasi di sana, maka harga yang harus kita bayarkan akan lebih mahal daripada apa harus kita bayarkan di Jakarta.
Demikian pula ketika kita melakukan hal yang sama, ketika kita pergi ke Perancis, Ke Inggris, Bahkan untuk tetangga paling dekat kita, Australia.
Pertanyaannya. Mengapa bisa demikian? Jawabannya, karena harga beras di Negara yang saya sebutkan itu, mahal. Padahal kita semua tahu, Negara-negara yang saya sebutkan itu, semuanya Negara makmur. Minimal, jika dibandingkan dengan Indonesia.
Jadi kesimpulannya, makin mahal harga beras di suatu Negara, makin makmurlah Negara itu. Harga beras, dapat dijadikan tolak ukur makmur tidaknya sebuah Negara. Demikian, teman saya menjelaskannya. Kembali saya hanya mengangguk.
Lalu, apa hubungannya dengan Indonesia? Apalagi, jika dihubungkan dengan  Filipina, Tiongkok, Kamboja, India dan Thailand. Demikian, tanya teman lain, yang tadi sudah bertanya.