Maumere kota sibuk yang cukup besar di Pulau Flores, denyut nadi kehidupan ekonominya, dapat dilihat dari aktifitas arus bongkar di Pelabuhan laut L Say Maumere (Port of L Say).
Tapi, apakah Maumere hanya soal ekonomi? Ternyata, tidak. Banyak obyek wisata yang selain indah, juga mengandung nilai sejarah, dapat ditemui di Maumere. Beberapa lokasi diantaranya, Bukit Nillo yang terletak 5 km dari kota Maumere, Gereja Tua Sikka (Santo Yoseph), Museum Bikon Blewot (10 km dari Kota Maumere), Pasar Geliting, Wisata Bahari dan Watu Belapi.
Mencapai Maumere dari Arah Kabupaten Ende, merupakan perjuangan sendiri, mengingat medan perjalanan yang ditempuh cukup berat. Selain jurang-jurang menganga, juga tanjakan-tanjakan terjal yang tidak ramah. Memerlukan nyali besar untuk menempuh perjalanan ini. Namun, semuanya terbayar ketika tiba di Maumere.
Masih asyik dengan medan yang ringan, saya tiba di Pasar Geliting, tak banyak yang dapat saya ceritakan tentang pasar ini, kecuali saya mendapati angkutan perdesaan yang unik serta “mempesonakan”. Bentuk angkutan pedesaan itu, badan mobil murni sebuah truk angkutan barang, dengan tutup yang dimodifikasi sedemikian rupa, pada badan truk dipasangkan bangku-bangku untuk duduk penumpang, para penumpangnya masuk tidak melalui pintu, melainkan melalui badan truk, sehingga penumpang dapat masuk darimana saja yang mereka suka. Mobil angkutan Truk ini, sungguh eksotis, penumpang dapat bebas merokok, bebas berteriak dan angin bebas masuk dari mana saja. Sementara pada dinding sebelah luar truk di gantungkan bermacam kantong dan deligen minyak tanah yang dibeli ketika ke pasar. Luar biasa.
Awalnya, hanya beberapa papan nama di pinggir jalan yang saya lalui, menunjukkan arah posisi cottage di pinggir Pantai yang menyediakan fasilitas Diving dan Snorkeling. Lalu ada pintu gerbang besar pada jalan yang menuju Pantai pada Pantai Wairterang dengan Spanduk bertuliskan “Selamat Datang Di Obyek Wisata Taman Laut Gugus Pulau Teluk Maumere Di Wairterang”.
Pada sisi tengah laut ada sebuah kapal yang tengah sandar. Semacam kapal pesiar yacht, jarak antara Pantai dan kapal yang agak jauh menjorok ke laut, dihubungi dengan air bening yang jernih.
Menurut pak Yohanes, Wairterang, artinya air yang mengalir melalui bamboo. Pada Bukit di seberang jalan Pantai Wairterang, dulu ada pancuran bamboo, yang konon jika mandi disitu akan membuat tubuh menjadi segar, menghilangkan penyakit dan awet muda. Biasanya mereka yang lelah berenang di Pantai akan menuju bukit untuk mandi di Pancuran Bambu. Itulah asal mula nama Pantai Wairterang, demikian menurut penuturan Pak Yohanes.