Sesuai dengan kesepakatan siang tadi, ketika kompasianer diterima di kantor Walikota Cilegon. Kami, para kompasianer yang terdiri dari Thamrin Sonata, Isson Khaerul, Iskandar Zulkarnain, Mutiah, Tamita Wibisono, Arum dan Maria Margaretha diundang untuk berbuka puasa bersama, di kediaman resmi Walikota Cilegon Dr.TB. Iman Hariyadi. Buka bersama antara seluruh Pimpinan Kota Cilegon dengan masyarakat Cilegon.
Buka bersama yang mengambil “Tema Peringatan Nuzulul Qur’an 1437 H, dan buka bersama Walikota Cilegon” nampak demikian meriah. Masyarakat terlihat tumpah ruah datang dengan antusias menghadirinya. Ada sekitar 1000 –seribu- undangan yang datang. Tampak hadir walikota Cilegon Dr.TB. Iman Hariyadi, walikota sepuh H.TB. Aat Syafaat. Ketua DPRD kota Cilegon H.Ir. Fakih Usman. SE,MM. Plt Sekda, Pimpinan beberapa BUMN, Pimpinan TNI, para ulama dan para Pendekar.
Suasana ketika buka tiba, Nampak cair dan terlihat akrab antara umara, ulama dan masyarakat. Para undangan duduk memenuhi ruang tengah rumah, ruang teras serta di bawah tenda besar yang dipasang di halaman dengan nuansa merah maroon nan keemasan.
Bagi kompasianer yang hadir, acara buka puasa bersama, adalah prolog acara, untuk selanjutnya mengikuti acara Taraweh keliling para Muspida yang akan menyebar di delapan kecamatan yang ada di kota Cilegon. Namun, karena persoalan tekhnis, akhirnya, kompasianer hanya mengikuti tiga rombongan saja, dengan tiga tempat berbeda.
Ada cerita menarik dalam kunjungan bersama rombongan ketua DPRD Cilegon ini. Kami yang tertinggal dari rombongan sudah sulit untuk menyusul romobongan ketua DPRD, maklum mereka dikawal dengan raider, lalu bang Isson, mengusulkan bagaimana jika kami mencari jalan alternative yang lebih pendek jarak tempuhnya. Akhirnya, kami bertiga sepakat untuk menjalani usul bang Isson. Setelah pak TS bertanya pada masyarakat yang kitab temui, tentang jalan alternative -maklum, kami bertiga awam dengan medan Cilegon- akhirnya, diperoleh jalan pintas terpendek, setelah melewati playover Kereta Api, kami berbelok ke kanan. Setelah jalan kami tempuh sesuai dengan “petunjuk”. Benar, panjang lintasan jadi pendek, tapi medan yang kami hadapi menjadi cukup berat. Akhirnya, kami tiba di lokasi dengan posisi yang sama, setelah rombongan Ketua DPRD tiba. Sebuah modifikasi sudah dilakukan meski hasilnya tak sesuai harapan.
Kondisi Nurul Iman.
Untuk mencapai Mesjid Nurul Iman, jalan yang harus kami tempuh berliku, dengan tanjakan dan turunan. Sesuai dengan kondisi iman manusia, yang kadang bertambah dan berkurang. Agaknya kondisi ini, sesuai dengan nama Mesjid Nurul Iman.
Kondisi masyarakat sekitas masjid, sesuai dengan nama Nurul Iman. Ramah dan Friendly, ada cahaya muka yang menampakkan kesenangan dan keterbukaan hati menyambut kedatangan kami. –Nurul Iman, Cahaya Iman- tergambar jelas pada wajah-wajah malam itu.
Mesjid Nurul Iman dengan luas 400 m2 yang baru saja hampir selesai dalam proses pembangunannya, masih membutuhkan dana untuk kesempurnaannya. Terletak pada tepi jalan dengan posisi agak ketinggian, hingga terlihat indah dari kejauhan.