Mohon tunggu...
Iskandar Zulkarnain
Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Penulis Buku ‘Jabal Rahmah Rendesvous Cinta nan Abadi’, 'Catatan kecil PNPM-MPd', 'Menapak Tilas Jejak Langkah Bung Karno di Ende', 'Sekedar Pengingat', 'Mandeh Aku Pulang' (Kumpulan Cerpen) dan 'Balada Cinta di Selat Adonara' (Kumpulan Cerpen). Ayah. Suami. Petualang. Coba berbagi pada sesama, pemilik blog http://www.iskandarzulkarnain.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

[SuDuk] Selalu Saja Ada Suka dan Duka

22 Januari 2016   11:07 Diperbarui: 22 Januari 2016   11:14 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="sukanya, dapat sepanggung dengan sahabat-sahabat yang "hebat" (dok.Pribadi) "][/caption]Ibarat  dalam sebuah perjalanan, tidak  selalu jalan yang dilalui, akan menanjak terus -sampai langit kali ya? Terus mau kemana saya ke sana- atau menurun terus –masuk ke perut bumi dong, padahal saya bukan Antareja- Atau berbelok kiri terus, atau belok kanan terus. Tentu, ada naik, ada turun, ada belok kiri, ada belok kanan.

Begitulah yang terjadi dalam perjalan bersama kompasiana. Selalu saja ada suka dan duka yang mengiringinya.

Suka dan duka dalam perjalanan bersama Kompasiana, silih berganti. Sehingga, membuat hati ini, kembang kempis. Waktu duka, kadang terpikir untuk menyudahi  perjalanan bersama Kompasiana, turun di halte pertama yang ditemui, untuk selanjutnya memilih kendaraan lain, yang mungkin lebih nyaman dari yang sedang ditumpangi.

Niat belum sempat terlaksana, datang suka, lalu ber hahaha-hihihi, sehingga lupa pada niat awal. Begitu silih berganti, hingga waktu perjalanan, berganti tahun. Akhirnya saya putuskan untuk setia pada kendaraan ini. Suka dan duka sudah tidak berpengaruh lagi, nikmati saja, anggap “kita” sebagai sebuah keluarga besar. Suka dan duka menambah keabraban, membuat diri selalu ingin bertemu, semuanya jadi ngangenin.

cerita tentang duka, ada beberapa kali saya alami, seperti;

satu, awal-awal menulis dulu, saya pernah di bully habis-habisan. Saya yang datang dari “komunitas keras” sebenarnya tidak merasa gitu-gitu amat. Cuma kaget aja. Reaksi yang timbul kok begitu keras, lalu membully dengan hebat. Padahal saya menulis tanpa pretensi apa-apa, tanpa memihak kemana-mana. Hanya menulis apa yang dirasakan, apa yang dianggap benar -meski kebenaran menurut saya, belum tentu benar menurut yang lain- Untungnya, saya bereaksi biasa-biasa saja. Tetap saya jawab dengan sopan. Akhirnya, beberapa diantaranya para pembully itu, kini jadi sahabat baik saya.

Dua, saya hingga kini, masih belum tahu cara penilaian Admin tentang criteria highlight, headline, terpopuler, nilai tertinggi, TA dll. Saya tidak ingin membahas soal ini, karena sudah di bahas dibanyak tulisan. Tapi, jujur saya katakana, kalau saya, kadang merasa dirugikan dalam soal ini. Saya tak pernah protes tentang itu. Karena, memang saya tidak tahu cara penilaiannya dan tujuan saya menulis memang bukan untuk itu.

Tiga, saya pernah di”racuni” oleh seorang sahabat yang katanya tahu tentang “kompasiana”. Sahabat saya ini, memberikan rincian hitung-hitungan, berapa nilai yang nominal yang diterima Kompasiana dari Iklan yang diterimanya setiapa hari, karena tulisan K’ier dan  jumlah klik K’ier lakukan setiap hari, baik yang aktif menulis maupun K’ier yang silent reader. Angkanya cukup fantastic, mereka yang terima, kita dapat apa? Demikian sahabat saya. Saya yang tidak tahu soal itu, hanya mendengarkan. Sekali lagi, tujuan saya menulis bukan untuk itu.

Cerita suka, saya alami beberapa, seperti;

Satu, saya mendapatkan sahabat-sahabat yang hebat-hebat, pintar menulis, cerdas dan punya sikap kritis dan teguh pendirian. Ternyata, sikap kritis, cerdas dan teguh pendirian dan pintar bukan hanya milik mereka yang sudah berumur dan punya latar belakang akademis saja. Para kompasianer sudah membuktikan itu. Mereka datang dari beragam umur dan beragam basic pendidikan. Saya kagum dengan mereka semua.

Dua, di kompasiana saya banyak dapat pelajaran, mulai dari mulai cara menulis yang benar, semangat menulis, bully membully, beragam karakter penulis, hingga kesempatan untuk bertemu dengan mereka yang ”hebat-hebat” juga melahirkan buku. Beberapa buku yang sudah saya miliki, pada dasarnya, karena semangat dan dorongan kompasianer semua. Untuk itu, saya patut berterima kasih pada mereka semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun