Hampir setiap hari ketika saya buka fb (facebook), setiap hari pula membaca status yang ditayangkan teman-teman fb, beragam jenis status yang tampil, namun sayang, umumnya didominasi dengan status yang berisi keluhan, pesimis,dan putus asa.Pertanyaannya gejala apa ini?Prinsipnya, status adalah ungkapan tentang rasa atau sesuatu yang sedang terjadi pada kita, atau yang sedang kita pikirkan, akibatnya, status itu, sesungguhnya menggambarkan diri kita yang sebenarnya, atau diri kita tercermin dari status yang kita pasang. ada yang memasang status galau melulu, atau memasang foto ngga penting terlalu sering. Apa yang bisa kita simpulkan dari sana? Selalu galaukah hidup kita? Terlalu tidak pentingkah diri kita, selalu pesimis dan putus asa kah hidupkah? Tentunya jawabnya “tidak”, bukankah semua ketidak-nyamanan yang terjadi itu hanya sementara dan akan segera berlalu. Mengapa semua yang sepintas itu, lalu mengungkungi kita, menjadi semacam momok yang membelenggu kita, dan ironisnya, rasa kerdil itu, coba kita bagi ke semua orang dengan menuliskannya di status, kita coba sebarkan virus negative itu ke semua orang, dengan harapan agar orang lain simpati, mau mendengarkan dan berbagi? Kalau itu tujuan kita, maka kita salah, boro-boro dapat apa yang kita harapkan, malah kita akan dicap “lebai” dan ‘narsis” ujung-ujungnya cap sebagai manusia cengeng akan melekat pada diri kita.
Jangan biarkan diri terperangkap pada kondisi pesimis, sadari apa yang kita alami hanya sekejap saja, kembangkan rasa optimis. Karena solusi dari semua masalah dimulai dengan rasa optimis terlebih dahulu, bahwa masalah itu segera akan selesai, lalu segera lakukan tindakan penyelesaian yang rasional. Diantara tindakan rasional yang perlu segera kita lakukan adalah sebagai berikut:
Lihat masalah secara Jernih
lihat masalah yang kita hadapi dengan jernih, masalah umumnya bersifat sementara dan segera berakhir, ubah rasa pesimistis dengan optimis, kalau PLN mati misalnya, lihat masalahnya, bukankah PLN mati hanya dalam hitungan menit atau jam sedangkan kondisi hidupnya jauh lebih lama darpada kondisi matinya. Jika badan tidak sehat, ingatlah berapa lama kita sehat, sakit ini hanya dalam hitungan hari, setelah ke dokter dan istirahat maka akan kembali sehat. Pribadi yang optimistis adalah melihat situasi buruk hanya bersifat sementara. Masalah yang timbul segera akan diminimalisir, sehingga tidak akan berdampak buruk pada semua aspek kehidupannya.
Gambarkan masalah sesuai kondisi sebenarnya.Jika kita menemukan masalah, gambarkan masalah itu dengan kondisi sebenarnya, ketika sabtuhujan turun, katakan saja hujan turun, akibatnya saya dapat beristirahat di rumah, gak perlu ditambah kalimat, hujan turun, jadi BT, karena ga keluar untuk kongkow-kongkow dengan teman, penggambaran yang gak tepat itu, membuat kita jadi BT beneran, toh masih banyak malam-malam minggu yang lain,ketika rapat ga selesai-selesai, katakana saja rapat kali ini lebih lama dari biasanya, tokh rapat tidak setiap hari.
Lihat masalah dari berbagai aspek.Bisa melihat masalah dari berbagai aspek, akan meringankan beban psikis, ketika atasan kita marah-marah tanpa sebab, mungkin bukan karena kesalahan kita, tapi beliau sedang ada masalah dalam keluarganya, ketika pacar sedang cemberut aja, mungkin bukan karena dia cemburu melainkan dia ingin lebih kita perhatikan, rekan satu team kita kurang giat dalam bekerja, bukan karena malas, mungkin saja karena kita tidak melibatkannya dalam beberapa kegiatan yang menurutnya harus dilibatkan,sehingga jika kita mampu melihat masalah dalam berbagai aspek, kita tidak akan terjebak pada masalah itu an-sich, tetapi kita tetapi kita mampu melihat dari latar belakang yang menjadikan masalah itu, akibatnya kita menjadi bijak, dapat memahami masalah dan bila perlu memaafkan kejadian yang menimpa kita, sehingga beban phsikis menjadi ringan, dan rasa galau larilah menjauh.
Lakukan sesuatu sesuai dengan kemampuan.Banyak pekerjaan yang sebenarnya ringan menjadi sulit dan melelahkan disebabkan sudut pandang kita yang salah, kita terlalu ingin perfekt, terlalu ingin sempurna. Mengerjakan pekerjaan dengan sempurna adalah sebuah keharusan, tetapi jika sudah terlalu, akan menimbulkan masalah sendiri, berapa banyak kita liat orang yang tidak sukses karena terlalu memikirkan hal-hal yang kecil-kecil, yang pada sebagian orang bukanlah sebuah masalah.
Pandai bersyukur
Pandai-pandailah bersyukurlah akanapa yang telah kita dapatkan. Masalah yang kita hadapi tidak bernilai apa-apa dibanding apa yang telah kita terima selama ini, dari udara yang kita hirup, kesehatan yang kita nikmati, keluarga yang dimiliki serta temen-temen yang ada disekitar kita. Kepiawaian kita mengelola syukur ini akan menghilangkan sikap pesimis kita dan menimbulkan sikap optimis dan menambah kebahagiaan, bukankah bahagia adalah terminal terakhir yang kita harapkan akan kita peroleh di kehidupan di dunia ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H