Mohon tunggu...
Iskandar Zulkarnain
Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Penulis Buku ‘Jabal Rahmah Rendesvous Cinta nan Abadi’, 'Catatan kecil PNPM-MPd', 'Menapak Tilas Jejak Langkah Bung Karno di Ende', 'Sekedar Pengingat', 'Mandeh Aku Pulang' (Kumpulan Cerpen) dan 'Balada Cinta di Selat Adonara' (Kumpulan Cerpen). Ayah. Suami. Petualang. Coba berbagi pada sesama, pemilik blog http://www.iskandarzulkarnain.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Selalu Ada Pilihan, Hitam atau Putih

22 Januari 2014   01:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:36 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Tulisan diatas, judulnya terinspirasi dari Judul Buku SBY, selalu ada pilihan. Karena saya belum membaca buku itu, maka pilihan yang saya tulis ini, pilihan yang menurut saya sendiri, tak ada hubungan dengan pilihan yang ditawarkan oleh SBY dalam bukunya.

Pilihan adalah hak paling tinggi yang diberikan Allah bagi manusia. Kebebasan memilih ini pula sebagai pengakuan bahwa manusia itu berbeda dengan ciptaan yang lain. Hanya manusia yang diberikan kebebasan memilih, selain manusia tidak memiliki hak itu. Malaikat hanya memiliki akal, tidak memiliki nafsu, sehingga malaikat tidak memiliki kebebasan dalam berprilaku, Malaikat hanya memiliki pilihan untuk mengerjakan yang baik-baik saja, selain itu tidak ada pilihan, bagaimana malaikat akan mengerjakan yang tidak baik, jika tidak dibekali dengan nafsu?

Demikian dengan syetan, hanya memiliki nafsu. Karena hanya dibekali nafsu, maka seluruh aktifitasnya, akan menghasilkan sesuatu yang tidak baik. Syetan tidak memiliki pilihan untuk mengerjakan yang baik, karena tidak dibekali akal. Bagaimana syetan akan melakukan kebaikan jika dia tidak dibekali dengan akal?

Berbeda dengan Malaikat dan Syetan, manusia dibekali dengan akal dan nafsu. Dengan bekal akal dan nafsu, manusia memiliki dua kecenderungan itu. Melakukan hal-hal yang baik yang dikomandoi oleh akalnya atau melakukan tindakan tidak baik karena dipengaruhi oleh nafsu.

Inilah alasan logisnya, mengapa jika manusia mampu melakukan kebaikan-kebaikan, maka derajatnyalebih tinggi dari Malaikat. Sebab, untuk sampai pada kebaikan-kebaikan itu, manusia harus berperang mengalahkan atau setidaknya mengendalikan nafsunya, suatu usaha keras yang tidak pernah dilakukan oleh Malaikat. Demikian juga, ketika manusia melakukan pekerjaan tercela, maka derajatnya lebih rendah dari Syetan, karena untuk sampai pada pekerjaan tercela, manusia dibekali akal yang memperingatkannya agar tidak melakukan hal-hal tercela itu, sesuatu yang tidak dimiliki pula oleh Syetan.

Itulah manusia……Makhluk yang memiliki “selalu ada pilihan”.Mau hitam atau Putih.

Tentu saja, ada kriteria, apa itu putih dan apa itu hitam?

Untuk itulah, maka manusia memerlukan agama, memerlukan budaya, memerlukan hukum dan senjata pamungkas terakhirnya, memerlukan hati.

Agamalah yang memberikan guidance pada manusia untuk mengetahui apa-apa sajayang dimasukan dalam kategori “baik” demikian sebaliknya, apa-apa saja yang dikategorikan“tidak baik”. Lalu pengetahuan baik dan tidak baik itu, diserahkan pada manusia untuk memilih, memilih yang baik atau memilih yang tidak baik. Jadi Allah memberikan pada manusia kesempatan untuk “selalu ada pilihan”. Silahkan pelajari agama sehingga kita tahu mana yang baik dan mana yang tidak baik. Lalu silahkan pilih, mau mengerjakan yang baik atau sebaliknya mengerjakan yang tidak baik.

Lalu dimana letaknya fungsi hati?

Dikarenakan sesuatu dan lain hal, ada saja beberapa diantara kita yang tidak memiliki kesempatan untuk mengetahui yang baik dan tidak baik. Tidak mengetahui secara jelas, bagaimana sebenarnya posisi hukumnya, bagaimana tindakan yang harus diambil menghadapi suatu masalah. Maka disinilah hati bicara. Hati manusia tidak pernah berbohong, suara hati adalah suara kebenaran. Itulah tafsiran sederhana, ketika seorang baduy (baduy disini diartikan mereka yang tidak memiliki cukup ilmu) bertanya pada Rasul:”Apa yang harus kulakukan ya Rasul, sedangkan aku tidak mengetahui perkara yang akan kulakukan itu?”.

Maka Rasulpun menjawab:”Tanyakan hatimu, karena jawaban hatimu, itulah Jawaban yang benar” …….. Wallahu’alaam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun