Mohon tunggu...
Iskandar Zulkarnain
Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Penulis Buku ‘Jabal Rahmah Rendesvous Cinta nan Abadi’, 'Catatan kecil PNPM-MPd', 'Menapak Tilas Jejak Langkah Bung Karno di Ende', 'Sekedar Pengingat', 'Mandeh Aku Pulang' (Kumpulan Cerpen) dan 'Balada Cinta di Selat Adonara' (Kumpulan Cerpen). Ayah. Suami. Petualang. Coba berbagi pada sesama, pemilik blog http://www.iskandarzulkarnain.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Ramadhan yang Penuh Pernik

27 Mei 2016   11:33 Diperbarui: 27 Mei 2016   21:03 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sore tiba, kembali ke rumah, berbuka bersama keluarga. (dok.Pribadi)

Ramadhan prinsipnya menahan hawa nafsu, guna mencapai derajat manusia yang memiliki empaty pada sesama manusia dan sesama makhluk hidup. Dunia sudah begitu gersang dengan tiadanya empaty sesama manusia. Ramadhan hadir untuk menjawab semua kebutuhan itu.

Namun, kenyataan yang ada, jauh panggang dari api. Rona budaya sangat kental membelenggu Ramadhan. Salahkah budaya? Tidak, jika budaya diartikan sebagai budaya adiluhung Bangsa. Namun yang terjadi, budaya hedonis mendominasi pengertian kita tentang budaya.

Ramadhan sendiri belum datang, masih sebulan lagi. Tetapi tiket Kereta Api untuk mudik dan balik telah habis terjual. Alasannya dibuat sungguh indah, menjalin silahturahmi. Sungkem pada orang tua dan mencari akar budaya dimana sang perantau berasal. Kenyataan yang terjadi, mudik hanya sebagai ajang pamer dan unjuk keberhasilan. Bahwa sang putra daerah telah berhasil menundukan Ibu Kota. Indikasinya, dengan materi yang dipamerkan saat mudik, bisa berbentuk mobil mewah yang dikendarai, pakaian bagus yang dikenakan dan segala pernak-pernik lainnya.   

Tiba-tiba saja, manusia menjadi alim, semua tayangan di Televisi menutup aurat, permohonan maaf bertebaran di media sosial, para lelaki beramai-ramai memakai baju koko.

lalu, tiba-tiba..

semua meminta maaf

meminta diikhlaskan

menutup aurat dan memakai baju koko dan peci

..........

aku hanya bertanya,

kemana aja, selama ini bro?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun