Mohon tunggu...
Iskandar Zulkarnain
Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Penulis Buku ‘Jabal Rahmah Rendesvous Cinta nan Abadi’, 'Catatan kecil PNPM-MPd', 'Menapak Tilas Jejak Langkah Bung Karno di Ende', 'Sekedar Pengingat', 'Mandeh Aku Pulang' (Kumpulan Cerpen) dan 'Balada Cinta di Selat Adonara' (Kumpulan Cerpen). Ayah. Suami. Petualang. Coba berbagi pada sesama, pemilik blog http://www.iskandarzulkarnain.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Perlukah Jadi Lilin?

24 Desember 2014   00:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:36 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Itu mah teori. Begitu sering kita dengar, jika seseorang menasehati orang lain, atau meminta seseorang melakukan sesuatu yang baik. Jawabannya, terkadang demikian. Itu mah teori.

Tak jarang, permintaan tinggal permintaan, nasehat tinggal nasehat. Tak ada perubahan yang terjadi. Semua berjalan seperti awalnya. Anjing menggongong kafilah berlalu.

Salah siapa? Apanya yang salah?

Bisa jadi kesalahan bukan pada yang dinasehati, tetapi pada yang menasehati, pada yang meminta untuk diadakan perubahan.

Bagaimana mungkin ada perubahan, jika yang menasehati, tidak atau belum melakukan apa-apa yang jadi materi nasehatnya. Bagaimana akan ada perubahan, jika yang meminta perubahan, dia sendiri belum berubah.

Menasehati, meminta perubahan, melahirkan ide-ide cemerlang untuk suatu perubahan dan pencerahan, ibaratnya memberi terang pada lingkungannya. Seperti sebuah lilin yang menyala, menerangi sekalilinginya. Sehingga sekeliling lilin, akan mengambil manfaat dari sinar terang yang dipancarkan sang Lilin. Idealnya, sang Lilin juga, memperoleh manfaat dari sinar terang yang dipancarkannya. Bukan sebaliknya, Lilin yang menerangi lingkungan, tetapi dirinya sendiri terbakar. Boro-boro memperoleh manfaat yang sama dengan kondisi sekitar akibat sinar terang yang dipancarkan, tetapi malah habis terbakar.

Maka, sinarilah lingkungan sekitar, perolehlah manfaat dari sinar terang itu, sebagaimana yang lain memperoleh maanfaatnya.

Manfaat yang sama, seperti yang dialami oleh yang lain, karena sinar terang itu, akan bisa diperoleh, jika semua yang kita nasehati, atau mintakan pada yang lain, jika memang sudah kita lakukan terlebih dahulu. Artinya, kita hanya ingin yang lain, menduplikasi apa yang telah kita lakukan. Atau kita lakukan bersama-sama dengan mereka yang kita minta untuk melakukannya.

Jika hanya sekedar wacana, maka, sehebat apapun wacana itu, maka tetaplah dia wacana, sulit untuk dilakukan atau diambil contoh dari pelaksanaan wacana.

Zaman orba dulu, ada mentri yang sangat hebat berwacana. Wacana beliau yang sangat terkenal, atas petunjuk Bapak Presiden. Setiap beliau muncul di TVRI, semua kata-kata yang diucapkan menimbulkan decak kagum. Tetapi karena itu wacana, para pemirsa hanya bergumam, ngomong apa lagi ini sang menteri? Akhirnya, hampir semua apa yang beliau bicarakan dianggap omong kosong, jadilah cap beliau sebagai hari-hari omong kosong.

Adagiumnya, apa yang keluar dari kepala, maka hanya akan sampai pada kepala pula. Artinya, sebuahwacana akan berakhir pada wacana pula. Apa yang keluar dari hati, maka akan sampai di hati pula. Soal cinta, sesuatu yang keluar dari hati, maka akan berlabuh di hati pula, itu makanya, betapa, kadang soal cinta sulit dicerna oleh kepala (akal), karena akal hanya pelabuhan antara, hatilah tempat pelabuhan terakhirnya. Betapa cinta yang kadang sulit dicerna akal akan terus berjalan dan akhirnya berlabuh di hati.

Demikian juga perubahan, bagaimana akan ada perubahan, jika sang pemberi nasehat, belum juga berubah.

Memang betul, ada aksioma yang mengatakan, jangan lihat siapa yang memberi nasehat, tetapi fokuslah pada isi nasehat. Tetapi coba lihat, para motivator-motivator ulung, yang nasehatnya hingga kini dengan setia diikuti oleh orang banyak, seperti para Nabi. Mereka adalah pribadi yang berubah dulu sebelum mengajak orang lain berubah. Mereka mentransformasikan diri mereka, sebelum mentransformasikan orang lain. lihat akibatnya, hingg kini dan sampai kiamat kelak, akan selalu ada mereka yang setia untuk berubah, sesuai apa yang telah dicontohkan para nabi.

Salah satu rahasia mengapa hampir seluruh Presiden Amerika Serikat keturunan Irlandia, adalah karena perubahan yang dimintakan orang tua pada anak-anak Irlandia. Ada tradisi pada mereka untuk mengajak anak-anak ke Gereja pada Misa Minggu. Pulang dari Gereja, anak-anak tersebut diminta untuk mengulangi pidato yang disampaikan Pastor. Pada pidato ini terjadi dua pembelajaran sekaligus, untuk sang anak, menyimak untuk kemudian diulangi dihadapan orang tua di rumah, untuk sang orang, menyimak apa yang disampaikan Pastor untuk mengoreksi jika ada kesalahan penyampaian oleh anak-anak mereka kelak ketika sampai di rumah, paling tidak pesan moriel yang dipidatokan anak-anak mereka sama dengan yang disampaikan Pastor.

Pada keluarga ulama juga demikian, ada tradisi dalam keluarga mereka, melakukan sholat Tahajud berjamaah, maka, untuk meminta anak rajin tahajud, sesuatu yang ringan saja, karena kegiatan itu rutin dilakukan semua anggota keluarga.

Kaburaktan indallahi anta kullun ma la takmaluun, sesungguhnya Allah membenci mereka yang hanya berkata-kata, menasehati, sementara mereka sendiri tak melakukannya.

Jadilah terang, sinari sekelilingmu, tak perlu jadi lilin.

Alangkah indahnya negri ini, jika saja menteri yang menganjurkan makan singkong, dapat memberi contoh dalam kehidupan kesehariannya. Sehingga kelak semua PNS dapat mengikuti jejaknya. Sehingga petani singkong dapat bernapas lega. …. Wallahu A’laam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun