Dalam salah satu sessi pada pelatihan fasilitator se Provinsi Banten, ada materi pembahasan tentang Media, awalnya saya memprediksi ada pencerahan pada sessi ini, setidaknya para peserta diajarkan bagaimana mengelola sebuah media, apapun bentuknya, apakah itu media cetak, elektronikaatau internet seperti website atau blog. Atau paling tidak bagaimana cara menulis yang benar? Bagaimana mengelola data yang bersifat mentah lalu dirangkai hingga membentuk sebuah bentuk pemikiran yang utuh, atau bagaimana cara membuat sebuah website, bagaimana mengelola website dan me-maintenance-kannya, sehingga website yang dimiliki dapat digunakan maksimal sebagai corong promosi tentang program PNPM-MPd. Tetapi ternyata harapan itu jauh dari kenyataan yang didapatkan. Peserta hanya dikenalkan pada definisi apa itu media, jenis-jenis media, serta kelebihan dan kekurangan sebuah media. Sungguh Ironis.
Sebuah realita
Sessi yang seharusnya sangat menarik dan menimbulkan banyak minat ini akhirnya berjalan hambar, hal ini ditambah dengan tutor yang memberikan materi, tidak memahami materi yang diberikan dengan baik, ditambah dengan kurangnya waktu dan kesempatan mengemukakan pendapat dari peserta pelatihan. Sebuah kemubaziran yang tidak perlu terjadi.
Memang diakui atau tidak, dalam dunia IT, Provinsi Banten masuk pada kategori yang tertinggal, setahu saya, tidak ada website pada PNPM-MPd Provinsi Banten, hal ini berbeda dengan Provinsi-provinsi lain, sebut saja misalnya, Jawa-Timur, Jawa-Tengah, Jawa-Barat, Sulawesi dan Sumatra-Barat serta Sumatera-Utara. Pada provinsi-provinsi yang saya sebutkan belakangan ini, banyak halyang telah mereka kerjakan dan promosikan pada website mereka, seperti misalnya, berbagai kegiatan program perempuan, berbagai kegiatan fisik sarana prasarana, berbagai kegiatan pelatihan, berbagai materi pelatihan serta banyak hal yang mereka upload pada website mereka, sehinnga dengan demikian menambah khasanah kekayaan pada program PNPM-MPd.
Bahkan ada kecendrungan pada pihak-pihak yang berkompeten, keterlibatan dan ketertarikan mereka sangat minim, indikasinya, dari berbagai tulisan saya yang dimuat dimedia online yang saya share pada mereka tidak mendapat respon apa-apa.
Sebuah solusi
Kembali pada masalah pelatihan fasilitator diatas, apakah tidak sebaiknya para tutor ini (dalam pelatihan PNPM-MPd, mereka ini disebut sebagai pelatih) mendata para peserta yang memiliki pengalaman dan kemampuan menulis pada berbagai media online, lalu memanggil mereka untuk duduk bersama, membahas materi apa saja yang layak untuk disajikan, dan bagaimana cara menyajikannya. Lalu mereka yang diajak duduk bersama ini, dibuatlah semacam panitia kecil untuk mengelola website PNPM-MPd Provinsi Banten, bila dirasa perlu, tingkatkan kemampuan mereka dengan mendatangkan para bloger dari Provinsi lain seperti yang saya sebutkan diatas.
Dengan demikian, jurang pemisah antara website yang dikelola oleh Provinsi Banten dengan Provinsi lain dapat diperkecil.
Adalah sebuah keniscayaan jika para tutor memberikan materi media pada peserta pelatihan, sementara pelatihnya sendiri tidak pernah menulis, tidak tahu apa itu website, bagaimana membuat dan mengelolanya?
Adalah sebuah Utopia, jika para pelatih memberikan materi media, sementara di Provinsinya sendiri tidak ada website yang eksis?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H