Mohon tunggu...
Iskandar Zulkarnain
Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Penulis Buku ‘Jabal Rahmah Rendesvous Cinta nan Abadi’, 'Catatan kecil PNPM-MPd', 'Menapak Tilas Jejak Langkah Bung Karno di Ende', 'Sekedar Pengingat', 'Mandeh Aku Pulang' (Kumpulan Cerpen) dan 'Balada Cinta di Selat Adonara' (Kumpulan Cerpen). Ayah. Suami. Petualang. Coba berbagi pada sesama, pemilik blog http://www.iskandarzulkarnain.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

KPK dan Wawan, Setali Tiga Uang

10 Mei 2014   05:52 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:40 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendapat itu syah, siapapun yang berpendapat, terlepas apakah benar atau salah.

Masyarakat awam, kadang memiliki pola pikir yang mengejutkan, yang bahkan oleh mereka yang melek informasi sekalipun, tidak terpikirkan.

Siang tadi saya melakukan perjalanan di daerah Banten Selatan. Jalan yang saya lalui jalan Provinsi. Tetapi kondisinya sungguh memprihatinkan. Lebih mirip kubangan Kerbau dibandingkan dengan jalan. Jarak tempuh yang saya lalui, baru sekitar tiga puluh kilometer, tetapi kondisi fisik ini, sudah remuk redam. Daripada perjalanan diteruskan, dengan resiko badan semakin letih dan mengumpat-umpat melihat kondisi jalan yang mirip kubangan, saya putuskan untuk istirahat pada sebuah warung kopi, yang pertama saya temui.

Selang beberapa saat kemudian. Datang dua orang yang berkendaraan sepeda motor butut, pakaian mereka juga butut dan lusuh, tanpa helm dan bersepatu Boot. Tampilan mereka khas warga lokal yang berprofesi petani atau pemetik buah sawit. Kesimpulan saya makin tidak salah, setelah mereka ngobrol. Logat bahasa yang digunakan, kental dengan logat lokal.

Mereka, seperti halnya saya, juga memesan kopi. Setelah saling sapa dan memperkenalkan diri. Saya tahu nama mereka Aceng dan Ono.

Berikut saya, tuliskan apa yang mereka obrolkan seputar Jalan, KPK dan Wawan. Tentu saja, obrolan itu, sudah saya terjemahkan kedalam bahasa Indonesia.

Aceng (A) :”Jalan Provinsi kok mirip kubangan Kerbau ya No.”

Ono (O):”Bener, gak ada mirip-mirip sama sekali dengan jalan”

(A) :”Pasti ada yang salah, hingga jalan ini, bentuknya seperti kubangan”

(O):”Pastilah ada, siapa lagi kalau bukan Wawan”

(A) :”Siapa itu Wawan?”

(O):”Adiknya Ratu Atut, Gubernur Banten yang sekarang ditahan KPK”

(A) :”Emang apa salahnya wawan?”

(O):”Dia yang mengerjakan semua proyek jalan Provinsi”

(A) :”Emang salah kalau ngerjain jalan Provinsi?”

(O):”Gak salah sih”

(A) :”lalu..?”

(O):”Salahnya, karena jalan ini dikerjakan tidak sesuai syarat tekhnis, banyak yang dia korupsi, sehingga jalan ini mudah sekali rusak”

(A) :”Ooooo..”

(O):”Dengan uang korupsi jalan itulah akhirnya wawan memiliki puluhan mobil mewah”

(A) :”Ooooo..”

(O):”Lalu setelah wawan ditahan, KPK menyita puluhan mobil mewah Wawan”

(A) :”Ooooo..”

(O):”kini yang salah gantian, KPK”

(A) :”Kok bisa.?.”

(O):”iya iyalah, jika KPK menyita puluhan mobil mewah wawan dan hanya didiamkan saja, lalu apa bedanya KPK dengan Wawan?”

(A) :”Harusnya KPK ngapain”

(O):”Ngapain kek, kreatif sedikit, kan bisa saja, KPK jual seluruh mobil mewah itu, lalu uangnya digunakan untuk memperbaiki jalan ini. Kan sudah jelas, hasil korupsi jalan dijadikan mobil, lalu KPK lah yang merubah mobil mewah itu, menjadi jalan lagi”

Kalimat terakhir yang diucapkan Ono, membuat saya tertegun. Ada kebenaran dalam ucapan ono itu, hanya saja, apakah itu sesuai menurut kaidah hukum atau tidak, saya juga tidak tahu, karena saya bukanlah pakar hukum. Saya, Aceng dan Ono hanyalah masyarakat biasa, yang merasakan langsung akibat korupsi jalan yang dilakukan oleh Wawan atau siapapun itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun