Umumnya kita semua tahu, hanya beberapa cerita yang dibuat bersambung tiada putus, sebut saja cerita seribu satu malam, cerita silat kho ping ho, atau Api di Bukit Menoreh karangan S.H.Mintardja yang dimuat secara bersambung di harian kedaulatan rakyat Jogyakarta. Isinya mendayu-dayu, melenakan pembacanya, hingga tanpa terasa selesai sudah semua terbaca.
Lalu, bagaimana dengan pembangunan jalan provinsi yang hanya memiliki panjang 62 km, tetapi tidak pernah selesai? Jalan ini, menghubungkan kota kecamatan Malingping di kabupaten Lebak dan kota kecamatan Saketi di kabupaten Pandeglang. Inilah anti klimaks dari the never ending story dalam dunia nyata. Sebab membaca perjalanan jalan ini, adalah pembacaan yang tidak menyenangkan, mengandung resiko kecelakaan dan sama sekali tidak menyenangkan.
Selama lima tahun berselang, jalan ini tidak pernah tuntas diperbaiki, ketika ruas jalan yang satu selesai, segera ruas jalan yang lain rusak kembali. Begitu seterusnya, ironisnya panjang jalan yang rusak dan yang tidak rusak selalu lebih panjang jalan yang rusak.
Beberapa penyebab selalu rusaknya, jalan Saketi – Malingping, antara lain;
- Jumlah tonnage, kendaraan yang melewati jalan Saketi – Malingping sering melewati batas maksimal. Jalan Saketi – Malingping merupakan urat nadi perekonomian pada daerah Banten Selatan, hampir seluruh hasil kekayaan alam daerah selatan, berupa Batu Bara, Pasir, Kayu, Bahan sembako, setiap hari melewati Jalan ini. Dengan kendaraan tronton yang bermuatan sekitar 30 ton, jalan ini sangat tidak layak untuk dilewati, dilihat dari konstruksi yang hanya diaspal, meskipun disana-sini ada yang dibeton dengan ketebalan 20 cm. akibatnya mudah diprediksi usia aspal dan jalan beton itu, hanya dalam hitungan bulan sudah rusak kembali.
- Perbaikan yang tidak mengindahkan kaidah tekhnis yang benar. Pekerjaan-pekerjaan yang mengawali pekerjaan pengaspalan tidak dilakukan dengan dengan benar, sesuai dengan kaidah tekhnis, seperti misalnya pada pekerjaan leveling, pekerjaan ini dimulai dengan pemasangan batu 5/7 lalu disela dengan batu 2/3 atau ¾ lalu dipadatkan, kemudian diaspal, setelah itu dilapisi dengan abu batu sambil dipadatkan kembali, tetapi yang terjadi di lapangan, pada pekerjaan leveling ini hanya ditimbun dengan batu yang dilapisi dengan tanah boncos, sepintas memang terlihat lubang-lubang tertutupi, tetapi akibat yang ditimbulkan setelah pekerjaan hot mix selesai, bagian-bagian jalan yang berlubang, selalu terjadi pada bagian-bagian lubang yang dikerjakan dengan cara tidak benar ini.
- Perbaikan yang tidak mengindahkan kaidah tekhnis, juga terjadi pada bagian-bagian yang longsor, setelah dipasang Bronjong atau Tembok Penahan Tanah, material tanah yang digunakan untuk menguruk masih menggunakan tanah yang sama. Padahal tanah itu tidak memenuhi syarat tekhnis, mengapa tidak menggunakan tanah super merah, tokh jenis tanah model ini, banyak juga terdapat sekitar jalan ini, jadi ada kesan cari mudah saja dan pembiaran terhadap kualitas pekerjaan.
- Tidak adanya dan berfungsinya sarana pendukung Jalan. Hampir pada seluruh ruas Jalan Saketi – Malingping, tidak terdapat bahu jalan, berem hampir semuanya tidak berfungsi, saluran air bisa dikatakan hampir sepanjang jalan ini tidak tersedia, kalaupun ada, sudah tidak berfungsi, saya sendiri, tidak tahu, apakah sengaja tidak dibuat atau dibuat tidak dipelihara, tidak dipelihara karena tidak cukup dana atau bagaimana?
- Adanya salah Design. Pada beberapa ruas jalan, metode perbaikan salah design, hal ini dapat dilihat ketika ingin memasuki kota Malingping, pada ruas jalan ini, tanjakan jalan cukup curam, kiri kanan tidak ada berem jalan dan tidak ada saluran air. Mengapa design jalan masih menggunakan Hotmix? Mengapa tidak menggunakan Beton saja. Akibatnya, ruas jalan sebelum masuk kota Malingping selalu berlubang besar dan sangat membahayakan pengguna Jalan.
- Masih banyak, hal-hal lain yang perlu mendapat perhatian Pemda Provinsi Banten untuk menuntaskan pekerjaan Jalan Saketi – Malingping dengan metode paripurna, bukan dengan metode tambal sulam selama ini, hal ini jika kita tidak ingin ruas jalan Saketi – Malingping, sebagai the never ending
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H