Dari kiri ke kanan, kang Nasir, Dr.Fauzi Sanusi, Isson Khaerul, Thamrin Sonata (dok.Pribadi)
ari itu, jam baru saja menunjukkan pukul delapan malam, ketika saya, Iskandar Zulkarnain bersama Thamrin Sonata, Isson Khaerul, Bang Wempy, Kang Tisna Abas dan beberapa teman lain, seperti Budi dll terlibat diskusi di rumah wakil Rakyat di Kota Cilegon.
Saya dapat mengambil kesimpulan, betapa kang Nasir, begitu nama Pena beliau, seorang yang cerdas, humoris dan smart. Betapa tidak, perbincangan malam itu, membahas topik yang yang berat. Bagaimana masa depan Cilegon, tantangan yang dihadapi, sejibun masalah kekinian dan strategi menyiasati perkembangan yang segera dipacu, serta apa saja persoalan urgent yang mendesak untuk segera diselesaikan.
Semua masalah yang untuk sebagian orang, didiskusikan dengan kerutan kening. Maka, bagi kang Nasir, semuanya dibuat ringan. Analisa tajam beliau mengalir dengan selingan-selingan lucu yang membuat kami tertawa lepas. Tak terasa perbincangan berat itu, selesai ketika waktu menunjukkan pukul 23.50.
Mengapa kami hentikan hanya hingga pukul 23.50? Karena esok hari, pada tanggal 25 April 2016, akan ada launching Buku Kang Nasir “Catatan dari Cilegon” bertempat di Gedung Wakil Rakyat, DPRD Cilegon.
Bedah Buku Catatan dari Cilegon.
Jam 10 pagi, acara bedah buku Catatan dari Cilegon pun dibuka, setelah pembukaan ayat suci al-Qur’an, Kang Nasir di dapuk untuk memberikan sekilas ulasan, tentang buku yang beliau tulis. Bagaimana latar belakangnya, apa yang dituju dengan buku itu, dan beberapa alasan lain tentang buku Catatan dari Cilegon.
Kang Nasir, membuka dengan mengingatkan pesan dari senior beliau, ketika aktif di kegiataan kemahasiswaan semasa beliau kuliah di UII pada era tahun 80’an, AE Priyono. Sang senior berpesan;”Menulislah selama masih punya ingatan”.
Dengan mengamalkan apa yang dipesankan sang Senior, maka lahirlah berbagai tulisan, baik di media cetak maupun media online. Kumpulan dari beberapa tulisan pada media cetak dan media online itu, lahirlah buku “Catatan dari Cilegon”.
Jadi, menurut kang Nasir, menulis itu gampang, teruslah menulis, tentang apa saja, tentang semua yang ingin disampaikan.