Belakangan ini, Banten menjadi sorotan Nasional, terutama pasca di Jebloskannya Atut ke Rutan Pondok Bambu oleh KPK, hampir tiada hari tanpa pemberitaan tentang Banten. Padahal, sesungguhnya, Banten bukan hanya Atut, ada hal yang sangat krusial yang perlu diberitakan selain Atut.
[caption id="attachment_314665" align="aligncenter" width="509" caption="Kondisi Jalan Provinsi Saketi - Malingping (dok. Pribadi)"][/caption] Berita yang sangat krusial itu adalah masalah transportasi.
Sudah lama masyarakat Banten merasakan sengsara disebabkan transportasi yang memprihatinkan itu. Demikian parahnya kondisi Jalan di Banten, Jika jalan itu, Jalan Kecamatan atau Kabupaten, masih dapat dimaklumi, tetapi jika Jalan Provinsi, maka ada sesuatu yang tidak beres disana.
Contoh konkret dari parahnya kondisi Jalan Provinsi itu, adalah Jalan Provinsi yang menghubungkan Malingping di Kabupaten Lebak dengan Saketi di Kabupaten Pandeglang. Jalan dengan jarak 62 km itu, kondisinya tidak pernah tuntas bagus. Ketika ruas jalan yang satu selesai diperbaiki, segera ruas jalan yang lain rusak kembali. Begitu seterusnya, ironisnya panjang jalan yang rusak dan yang tidak rusak selalu lebih panjang jalan yang rusak.
Beberapa penyebab selalu rusaknya, jalan Saketi – Malingping, antara lain;
- Jumlah tonnage, kendaraan yang melewati jalan Saketi – Malingping sering melewati batas maksimal. Jalan Saketi – Malingping merupakan urat nadi perekonomian pada daerah Banten Selatan, hampir seluruh hasil kekayaan alam daerah selatan, berupa Batu Bara, Pasir, Kayu, Bahan sembako, setiap hari melewati Jalan ini. Dengan kendaraan tronton yang bermuatan sekitar 30 ton, jalan ini sangat tidak layak untuk dilewati, dilihat dari konstruksi yang hanya diaspal, meskipun disana-sini ada yang dibeton dengan ketebalan 20 cm. akibatnya mudah diprediksi usia aspal dan jalan beton itu, hanya dalam hitungan bulan sudah rusak kembali.
[caption id="attachment_314666" align="alignnone" width="509" caption="Kondisi Jalan Provinsi Saketi - Malingping (dok. Pribadi)"]
- Perbaikan yang tidak mengindahkan kaidah tekhnis, juga terjadi pada bagian-bagian yang longsor, setelah dipasang Bronjong atau Tembok Penahan Tanah, material tanah yang digunakan untuk menguruk masih menggunakan tanah yang sama. Padahal tanah itu tidak memenuhi syarat tekhnis, mengapa tidak menggunakan tanah super merah, tokh jenis tanah model ini, banyak juga terdapat sekitar jalan ini, jadi ada kesan cari mudah saja dan pembiaran terhadap kualitas pekerjaan.
- Tidak adanya dan berfungsinya sarana pendukung Jalan. Hampir pada seluruh ruas Jalan Saketi – Malingping, tidak terdapat bahu jalan, berem hampir semuanya tidak berfungsi, saluran air bisa dikatakan hampir sepanjang jalan ini tidak tersedia, kalaupun ada, sudah tidak berfungsi, saya sendiri, tidak tahu, apakah sengaja tidak dibuat atau dibuat tidak dipelihara, tidak dipelihara karena tidak cukup dana atau bagaimana?
[caption id="attachment_314667" align="alignnone" width="509" caption="Kondisi Jalan Provinsi Saketi - Malingping (dok. Pribadi)"]
- Masih banyak, hal-hal lain yang perlu mendapat perhatian Pemda Provinsi Banten untuk menuntaskan pekerjaan Jalan Saketi – Malingping dengan metode paripurna, bukan dengan metode tambal sulam selama ini, hal ini jika kita tidak ingin ruas jalan Saketi – Malingping, sebagai berita yang lebih layak diberitakan dibandingkan dengan berita tentang Atut …..InsyaAllah.
[caption id="attachment_314668" align="alignnone" width="509" caption="Kondisi Jalan Provinsi Saketi - Malingping (dok. Pribadi)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H