Pagi ini seorang sahabat bertanya tentang sedekah. Tapi, sang sahabat minta, jangan dijelaskan menggunakan ayat-ayat dan hadits. Karena, jika sudah mengenai ayat dan hadits, sikap kita, hanya sami'na wa Ata'na. Saya dengar dan saya laksanakan.
Saya pikir sahabat saya ini pintar. Atau mungkin juga dia sedang menjebak saya, untuk mengetahui, apakah ada penjelasan logis tentang sedekah dengan pendekatan lain.
Untuk menjawab pertanyaan sahabat saya itu. Maka, saya buatlah tulisan ini.
Pendekatan pertama, Pendekatan ruang hampa.
Maksudnya begini. Andai kita punya lemari dengan isi penuh pakaian. Lalu, kita ingin menambah pakaian baru. Maka, opsinya, dengan mengeluarkan pakaian lama atau membeli lemari baru.
Membeli lemari baru, sudah keluar konteks dari konteks awal menambah pakaian baru. Maka, logika yang sesuai dengan konteks awal, mengeluarkan pakaian lama dari lemari, untuk digantikan posisinya dengan pakaian baru.
Sekarang, timbul masalah baru. Mau dikemanakan pakaian lama itu? Jika, dibiarkan saja, tentu akan menjadi sampah di rumah kita.
Solusi terbaiknya, pakaian itu, dikeluarkan dari rumah. Bentuknya bisa dibuang ke tong sampah atau di sedekahkan.
Analog dengan contoh di atas. Maka, kini kita buat contoh yang esktreem. Jika semua pakaian dilemari kita sedekahkan. Maka, tak ada alternatif bagi kita, kecuali membeli pakaian baru.
Demikianlah logika sedekah. Jika menginginkan masuk sesuatu yang baru. Maka, sedekahkan apa yang ada saat ini.
Pendekatan kedua. Pendekatan aliran air.