Mohon tunggu...
Iskandar Zulkarnain
Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Penulis Buku ‘Jabal Rahmah Rendesvous Cinta nan Abadi’, 'Catatan kecil PNPM-MPd', 'Menapak Tilas Jejak Langkah Bung Karno di Ende', 'Sekedar Pengingat', 'Mandeh Aku Pulang' (Kumpulan Cerpen) dan 'Balada Cinta di Selat Adonara' (Kumpulan Cerpen). Ayah. Suami. Petualang. Coba berbagi pada sesama, pemilik blog http://www.iskandarzulkarnain.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kredit nan Langsung Lunas

10 Desember 2018   22:29 Diperbarui: 10 Desember 2018   22:38 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mail membuka pintu berikutnya, kini Mail memperlihatkan ruang tidur utama. Tempat dia dan Lina kelak melewati malam-malam bersama. Dari ruang tidur utama, Mail menggandeng tangan Lina memperlihatkan dapur. Tempat mereka kelak memasak bersama, menjadikan sesuatu yang mentah menjadi matang, sembari mematangkan cinta yang selalu bersemi dihati keduanya. 

Ada ventilasi yang cukup, kitchen set yang terdiri besi titanium, almari bumbu, stop kontak listrik. Sangat comportable di mata Lina. Perhatian yang diperlihatkan Mail, sangat menyentuh hati Lina.

Tidak terasa ada bening hangat yang menyeruak di pelupuk mata Lina. Sebelum kristal hangat itu jatuh, tiba-tiba Lina sudah berada dalam peluk hangat Mail.
"Jangan menangis sayang" bisik Mail di telinga Lina.
"Aku tak menangis Mas, hanya..."
"Hanya apa sayang?"
"Perhatian mu sangat besar, Sampai detail alat masak, juga tak luput satupun"
"Untuk Lina, mana mungkin Mas akan ceroboh" bisik Mail lagi.
Sepasang suami isteri itu, hanyut dalam pelukan yang melenakan.
******
Sudah sebulan Mail dan Lina menempati rumah baru mereka. Sore-sore begini, apalagi saat cuti Lina, dia menemani Mail duduk di beranda. Ada kenangan tentang beranda yang tak pernah terlupakan. Di beranda orang tua Lina dulu, Mail menembak Lina. Lalu, mereka jadian. Lalu, berumah tangga. Llna yang berkerja sebagai guru SMA tidak tahu persis berapa penghasilan Mail sebagai seorang YouTuber.
Yang Lina tahu, setiap dua Minggu, Mail memberinya uang belanja, uang belanja yang nominalnya dua sampai tiga kali besaran yang gaji Lina.
"Mas...."
"Iya sayang..."
"Mas belum cerita tentang rumah ini, berapa Mas beli?"
"640 juta sayang"
"Mas gak mungkin punya uang sebanyak itu, tentunya mas bayar secara kredit"
"Benar sayang, tapi kredit itu sdh lunas"
"Lina gak ngerti Mas"
"Tak semua hal bisa dimengerti sayang. Karena Mas sendiri juga tidak mengerti'
'"Jangan membuat Lina bingung Mas"
"Mas serius Lina, Mas tak ingin membuat Lina bingung".
"Ayolah Mas, jangan berbelit-belit begitu".
*****
Selesai Lina sholat subuh, ada suara mobil pickup tua dihidupkan. Lina tahu, itu suara pickup milik satu-satunya mereka. Mau kemana Mail sepagi buta ini.
Tiba-tiba ada suara derit pintu dibuka, Mail masuk, lalu mengajak Lina pergi, melihat Mail yang seakan tergesa-gesa, Lina segera menukar mukena yang masih dikenakan nya dengan baik syar'i. Suami isteri itupun pergi dengan pickup tuanya.
Pada lampu merah kedua, Mail menghentikan kendaraan nya, lalu dibantu dua orang dari rumah makan "Takana Juo" mereka bertiga memasukan 6.000 ribu nasi bungkus ke atas bak terbuka pickup mereka. Lina yang sejak awal hanya diam, kini tahu, mereka senang menuju kawasan Monas. Nasi bungkus dengan jumlah 6.000 ribu bungkus itu, akan dibagikan untuk peserta aksi 212.
Hanya butuh waktu setengah jam, nasi bungkus itu ludes dikonsumsi peserta 212.
Selesai dzuhur dalam perjalanan pulang, Lina baru tahu, ternyata uang yang dibelikan nasi bungkus itu, adalah uang tabungan Mail yang dia kumpulkan selama dua tahun untuk uang muka rumah yang akan mereka beli.
Nominal 60 juta, ditabung dua tahun untuk mencicil rumah, kini, ludes hanya dalam waktu 30 menit.
Ada air mata yang jatuh dari pelupuk mata Lina, dia sungguh tak mengerti jalan pikiran Mail.
*****
"Mas sudah membayar kredit rumah kita, bukan pada pengembang, tapi pada Allah. Jika pada pengembang, itu artinya, untuk melunasi rumah ini, Mas masih memiliki utang 580 juta. Tapi, dengan membayar kredit pada Allah, Allah langsung melunasi sisa utang Mas"
"Apa maksudnya Mas?"
"Lina masih ingat nasi bungkus seharga 60 juta dulu?"
"Masih...."
"Itulah uang muka rumah ini yang Mas bayarkan pada Allah"
"Maksudnya gimana Mas? Jangan buat Lina bingung'
"Tidak sayang. Beberapa bulan lalu, tayangan YouTube Mas viral, hasilnya, ada penghasilan yang bertambah disana sebesar 724 juta, uang itulah yang Mas gunakan untuk melunasi rumah ini, dan masih cukup untuk membeli perabotan nya sekaligus."
Lina membelalakkan matanya, ada suprise disana, juga ada rasa jengkel, mengapa Mail tidak cerita sejak awal.
Belum sempat air mata Lina tertumpah, Lina sudah larut dalam pelukan Mail.
Dalam dua bulan ini, sudah tiga kali Lina nyaris menangis, sudah tiga kali pula air mata itu tertahan karena pelukan Mail yang penuh damai. Lina tak berpikir lagi tentang air mata, yang dia angankan kini, moga pelukan hangat Mail akan tetap abadi meski tanpa air mata yang nyaris tertumpah di sana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun