Mohon tunggu...
Iskandar Zulkarnain
Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Penulis Buku ‘Jabal Rahmah Rendesvous Cinta nan Abadi’, 'Catatan kecil PNPM-MPd', 'Menapak Tilas Jejak Langkah Bung Karno di Ende', 'Sekedar Pengingat', 'Mandeh Aku Pulang' (Kumpulan Cerpen) dan 'Balada Cinta di Selat Adonara' (Kumpulan Cerpen). Ayah. Suami. Petualang. Coba berbagi pada sesama, pemilik blog http://www.iskandarzulkarnain.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Buku sebagai Pertanda Seorang Pemimpin

27 November 2018   20:21 Diperbarui: 29 November 2018   13:32 1880
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Prabowo-Sandi Media Center)

Seorang pemimpin, tentunya berbeda dengan mereka yang dipimpin. Ada kelebihan pada pemimpin, yang tidak dimiliki oleh yang dipimpin. Apakah dalam karakter juga dalam hal kemampuan pikir.

Dalam karakter, pertanda yang dimiliki oleh seorang pemimpin dengan mudah dapat dilihat dilihat dengan mata telanjang. Mereka yang telah bertemu, dapat melihat dengan mudah karakter yang dimiliki seorang pemimpin. Untuk mereka yang belum pernah bertemu, dapat mendengar cerita dari yang pernah bertemu.

Untuk melihat kemampuan pikir. Indikasinya hanya dua; Pertama, mendengar dari apa yang diucapkan, melihat mimik gestur wajahnya, serta bahasa tubuh yang ditampilkan oleh seorang pemimpin.

Kedua, membaca buah pikirannya, melalui apa yang ditulisnya. Bagaimana dia merunutkan buah pikirannya, menganalisa kejadian yang sedang terjadi dan yang akan terjadi, serta akhirnya, menyimpulkan masalah yang dianalisa, untuk dicarikan solusi penyelesaiannya.

Pertanyaannya, apakah bentuk kemampuan pikir dalam bentuk tulisan itu, sudah merupakan bagian dari Masyarakat kita? Jawabnya, pada tempo dulu sudah menjadi tradisi tidak terpisahkan dari Pemimpin kita. Namun, tradisi baik itu, kini sudah nyaris hilang dari Negara kita.

Kondisi inilah yang ingin kita kembalikan lagi, mengingat tantangan yang dihadapi saat ini, jauh lebih kompleks dari apa yang dihadapai para pemimpin kita, tempo dulu. Maka, idealnya, para pemimpin kini, sepatutnya jauh lebih pintar dari pemimpin tempo dulu. Lalu, dari mana mengukur kepintaran mereka, jika mereka sendiri tidak pernah menulis.

Soekarno misalnya, menulis buku Mencapai Indonesia Merdeka, Di Bawah Bendera Revolusi, Pokok-pokok Ajaran Marhenisme, Panca Sila sebagai Dasar Negara, Warisilah Api Sumpah Pemuda.

Bung Hatta menulis buku, Alam pikiran Yunani, Demokrasi kita, Untuk Negriku, Dalam Hal Ekonomi.

BJ Habibie  Habibie mencetuskan rumus untuk menghitung keretakan atau crack progression on random. Rumus temuan Habibie ini ia namakan "Faktor Habibie". Rumus temuan Habibie ini dapat menghitung crack progression sampai skala atom material kontruksi pesawat terbang. Sehingga Habibie dijuluki "Mr. Crack"

Gus Dur, menulis buku Gus Dur dan Negara Panca Sila, Islam Kosmoplitan, Gus Dur Menjawab kegelisahan Rakyat, Membangun Demokrasi.

Megawati, menulis buku Bioetanol Generasi Muda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun