Kondisi memperihatinkan yang dialami saung, akibat salah kita semua. Kita gagal dalam memahami peran saung, sekaligus gagal mengenai kearifan lokal yang dikandung saung.
Akulturasi kegagalan kita mengenai saung, mengakibatkan saung kehilangan perannya. Akibatnya saung tidak dipandang sebelah mata oleh masyarakat umumnya, termasuk oleh mereka yang berkepentingan dalam dunia pertanian.
Jika saja, para penyuluh pertanian mampu mengembalikan fungsi saung sebagaimana fungsi awalnya, maka beberapa keuntungan dapat diperoleh sekaligus. Seperti, tidak dibutuhkannya sewa gedung untuk penyuluhan, adanya aroma kebersamaan antara petani dan penyuluh pertanian, pembuktian secara empiris pada penyuluh pertanian itu sendiri, bahwa mereka bukan hanya mengetahui "tani" sebatas teorian, melainkan mampu memberikan contoh praktik di lapangan, melepaskan batasan baju yang dikenakan antara penyuluh pertanian dengan sang petani, dengan menghilangkan sekat itu, tujuan yang dicapai bukan pada ada yang dapat anda lakukan setelah anda tahu, melainkan apa yang dapat kita lakukan setelah kita semua tahu.
Mengembalikan fungsi saung pada posisi semula, akan mengembalikan paradigma bahwa saung bukan penyebab pada turunnya volume hasil panen, melainkan justru sebaliknya.
Pada akhirnya, saung memang hanya sebuah bangunan kecil di tengah sawah. Namun, apa peran yang dimainkannya, justru kitalah yang memiliki andil besar dalam mengisi dan menentukan peran saung yang dimaksud. Dan kesalahan terbesar kita, kita tidak memiliki pengetahuan paripurna tentang peranan saung pada zamannya dan tidak memiliki political will yang kuat untuk mengembalkikan peran saung pada posisi selayaknya ..... wallahu a'alaam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H