Mohon tunggu...
Iskandar Zulkarnain
Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Penulis Buku ‘Jabal Rahmah Rendesvous Cinta nan Abadi’, 'Catatan kecil PNPM-MPd', 'Menapak Tilas Jejak Langkah Bung Karno di Ende', 'Sekedar Pengingat', 'Mandeh Aku Pulang' (Kumpulan Cerpen) dan 'Balada Cinta di Selat Adonara' (Kumpulan Cerpen). Ayah. Suami. Petualang. Coba berbagi pada sesama, pemilik blog http://www.iskandarzulkarnain.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Wulan Anak SMA Stella Duce Itu

19 Mei 2017   11:00 Diperbarui: 19 Mei 2017   11:13 2640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Mas, Wulan mandi dulu.. yang sabar ya Mas” begitu tulis Wulan di WA ku sore itu.

“Ok, acaranya Cuma sampai jam sepuluh malam lho” jawabku dengan WA dari ponselku.

“Iya, Mas. Wulan paham kok, sebelum Maghrib Wulan sudah di tekape” balas Wulan lagi.

“Ok, Mas sabar nunggu, asal pasti datang” jawabku.

Tak ada jawaban. Phonsel aku masukan kembali ke saku baju. Mungkin Wulan langsung mandi

******

Wulan adalah anak SMA Stella Duce 1. Jogya, yang kukenal melalui dunia maya. Hampir setiap aku mengupload tulisan, apakah itu di FB, Kompasiana atau di Blog pribadi, Wulan selalu memberi tanda jempol. Awalnya bisaa saja, tak ada sesuatu yang istimewa.

Bersamaan berjalannya waktu, aku mulai bergantung dan berharap. Selalu saja, setiap aku mengupload tulisan, apakah itu di FB, Kompasiana atau Blog pribadi, muncul harapan, kalo Wulan akan memberikan jempol. Jika saja tidak, maka ada sesuatu yang terasa kurang. Ada apakah? Apakah Wulan sakit? Apakah Wulan sibuk dengan tugas-tugas sekolahnya, hingga tak sempat membuka medsos atau karena kehabisan paket pulsa internetnya.

Pernah, tiga hari Wulan tak pernah memberiikan jempolnya. Aku kelimpungan sendiri. Ada apa dengan Wulan? Mungkinkah dia kehabisan paket internetnya. Untuk pertama kalinya, aku menghubungi Wulan melalui inbox FB. Aku tawarkan jika dia kekurangan paket internet untuk segera memberi tahu, agar aku dapat mengisi paket internetnya. Namun, Wulan menolak.

Pada kesempatan chatting yang lain, dia bertanya tentang buku-buku hasil karyaku yang terpampang di blog pribadiku, aku mengira, Wulan tentu ingin memiliki buku-buku tersebut. Aku menanyakan alamat rumahnya di Jogya. Aku akan kirimkan buku-buku itu gratis. Sekali lagi Wulan menolak. Tegas tidak mampu menerima gratis.

Sejak saat itu, kami sering chatting.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun