Namun, pada pelaksanaannya, terdapat ketidak-cocokan antara tujuan yang hendak dicapai dengan cara mencapai tujuan yang dimaksud. Seperti mandi bersama antara wanita dan pria. Hingga, kemungkinan besar, ada aurat yang terlihat, yang mestinya tertutup rapat, ada bagian yang mungkin saja tersentuh, yang mestinya tidak boleh tersentuh kecuali muhrimnya.
Budaya yang awalnya dimaksudkan untuk menjunjung datangnya nilai-nilai kesucian, justru ternoda oleh praktek-praktek yang kurang elok dan tidak Islami. Tidakkah membersihkan lantai harus dilakukan dengan sapu yang bersih pula? Mengharapkan perolehan kesucian hendaknya dilakukan dengan cara-cara yang suci pula.
Semua hal diatas, bisa terjadi. Salah satu sebabnya, ketidak tahuan dari mereka yang melakukannya. Oleh sebab itu, menjadi tugas kita semua, untuk memberitahu pada mereka yang tidak mengetahui dan menyadari apa yang dilakukannya. Sebuah koreksi pada praktek budaya.
Islam tidak anti pada budaya lokal, yang menjadi masalah, bagaimana kita menerapkan dan melestarikan budaya itu, sesuai dengan nilai-nilai Islami…. InsyaAllah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI