Mohon tunggu...
Iskandar Zulkarnain
Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Penulis Buku ‘Jabal Rahmah Rendesvous Cinta nan Abadi’, 'Catatan kecil PNPM-MPd', 'Menapak Tilas Jejak Langkah Bung Karno di Ende', 'Sekedar Pengingat', 'Mandeh Aku Pulang' (Kumpulan Cerpen) dan 'Balada Cinta di Selat Adonara' (Kumpulan Cerpen). Ayah. Suami. Petualang. Coba berbagi pada sesama, pemilik blog http://www.iskandarzulkarnain.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Maafkan Atau Hancur

17 Oktober 2015   11:49 Diperbarui: 17 Oktober 2015   11:49 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Ketika kita menyadari bahwa kita tidak sempurna. Tentu, ada sisi lemah yang ada pada diri kita. Sisi lemah yang ada pada diri kita itu, kita harapkan agar dimaklumi oleh pasangan kita. Agar pasangan kita mau memaafkan sisi lemah kita itu. Lalu, dengan usaha bersama menjadikan sisi lemah itu, menjadi penguat dalam rumah tangga. Jika, itu yang kita harapkan pada pasangan kita. Maka, demikian juga yang diharapkan oleh pasangan kita, pada kita. Oleh karenanya, hentikan mencari-cari kesalahan pada pasangan. Jadikan kelemahan pasangan sebagai ladang usaha yang menjadikan kita lebih dekat dengan dengan pasangan. Jika ada kesalahan, segera maafkan. Lalu, lupakan.

Tiga, Jangan Mengikuti Amarah..

Kita hanya manusia biasa. Memiliki sifat-sifat yang manusiawi juga, seperti marah dan lain-lain. Tetapi, kemarahan yang terus menerus, akan merugikan diri sendiri. Energi yang dikeluarkan untuk marah melebihi jauh energy untuk tersenyum. Tegangnya syaraf ketika marah membuat syaraf kita lelah dan menjadikan lebih cepat tua. Kemarahan yang diluar control kita, akan menyakitkan pasangan. Sakit yang meski sudah dimaafkan, akan tetap meninggalkan bekas. Sama halnya seperti luka pada kulit manusia. Meski sudah sembuh, bekas itu tetap ada. Mengapa kita tidak menahan amarah saja? Bayangkan, apakah kita suka jika dimarahi oleh pasangan kita. Jika kita tidak suka dimarahi oleh pasangan kita. Begitu juga halnya dengan pasangan kita.

Empat, Fokus pada cita-cita awal hubungan Suami isteri.

Semua pasangan yang berumah tangga, bercita-cita hidup bahagia, berbagi segala hal dalam suka dan duka, menjadi tua bersama dengan membesarkan buah cintanya sesuai dengan keinginan yang dicita-citakan. Jika terjadi konflik, segera maafkan. Tanyakan pada diri sendiri, kerikil konflik itu, apakah sebanding dengan segala pencapaian yang anda berdua hasilkan selama ini. Apakah kerikil itu, akan menggelincirkan bahtera bahagia yang kita cita-citakan selama ini?

Jika sudah sampai pada kesimpulan untuk mengakhiri rumah tangga. Pikirkan kembali, apakah kita mampu untuk memulai kembali rumah tangga, seperti yang kita cita-citakan. Ketika, usia sudah tidak muda lagi. Apakah pasangan kita kelak, akan sebaik dengan pasangan kita yang sekarang, memiliki pola pikir sama dengan kita. Memiliki kemampuan memaafkan masa lalu kita. Mampu menyayangi buah cinta kita seperti pasangan kita sekarang. Jika jawabnya belum tentu. Maka, berhentilah berpikir untuk menyudahi rumah tangga. Maafkan pasangan anda dengan setulus hati atau anda akan hancur…. Walahu A’laam.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun