Mohon tunggu...
Iskandar Zulkarnain
Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Penulis Buku ‘Jabal Rahmah Rendesvous Cinta nan Abadi’, 'Catatan kecil PNPM-MPd', 'Menapak Tilas Jejak Langkah Bung Karno di Ende', 'Sekedar Pengingat', 'Mandeh Aku Pulang' (Kumpulan Cerpen) dan 'Balada Cinta di Selat Adonara' (Kumpulan Cerpen). Ayah. Suami. Petualang. Coba berbagi pada sesama, pemilik blog http://www.iskandarzulkarnain.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kita Tak Butuh Jokowi

30 Agustus 2015   20:41 Diperbarui: 30 Agustus 2015   20:41 2058
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Judul diatas terasa provokatif, sepintas lalu, memang benar. Provokatif. Tapi, tunggu dulu, untuk sampai pada kesimpulan demikian, tentu ada alasannya. Maka jika anda semua sudah membaca tulisan ini seluruhnya, maka silahkan beri kesimpulan, apakah provokatif atau tidak.

Setelah Jokowi menjadi Presiden, maka seluruh kebutuhan masyarakat menjadi mahal, BBM naik, ongkos Kereta Api naik, gas Elpiji naik, harga daging Sapi naik, harga Ayam naik, harga Cabai naik, harga PLN naik dan yang paling krusial kini, yang paling membayahakan stabilitas Negara, harga Dollar naik. Lalu, apa kerja Jokowi?

Nah, disinilah letak kesalahan itu. Semuanya carut marut yang sedang terjadi itu, kita limpahkan semuanya pada Jokowi. Sekali lagi, pada Jokowi. Jadilah Jokowi sebagai pesakitan tunggal. Sang terdakwa yang semua kesalahan hanya ditimpakan pada seorang manusia yang bernama Jokowi. Padahal apa sih Jokowi itu? Jokowi hanya seorang manusia yang sama seperti kita. Sama-sama makan nasi, sama-sama merasakan lelah, sama-sama merasakan sakit, mearasakan masuk angin Bahkan hanya seorang kerempeng saja, dengan ukuran tubuh mungil serta dengan bobot ringan, paling tidak, jika dibandingkan dengan bobot tubuh Iskandar Zulkarnain, sang penulis artikel ini.

Memang benar, Jokowi adalah Presiden kita semua, Presiden dari sebuah Bangsa besar, bernama   Indonesia. Presiden sekaligus Pemimpin kita semua yang merasa sebagai rakyat Indonesia.

Dalam budaya Minangkabau, seorang Pemimpin, didefinisikan sebagai orang yang diposisikan dengan, “ditinggikan sejengkal dan didahulukan sehasta”. Pengertiannya, pemimpin itu, posisinya sangat dekat dengan yang dipimpin. Sehingga ketika sang Pemimpin salah dalam bertindak dan melangkah. Maka, mereka yang dipimpin, masih dapat merengkuh serta meraihnya untuk selanjutnya dikembalikan pada tindakan dan jalan yang benar. Karna posisi sang pemimpin hanya lebih tinggi sejengkal dan lebih dahulu sehasta. Sebuah jarak yang masih pada areal yang dapat dijangkau tangan oleh mereka yang dipimpin.

Lalu, pertanyaannya sekarang, dimanakah peran mereka yang dipimpin, ketika Negara ini nyaris tenggelam dalam segala carut marut yang digambarkan dalam awal tulisan ini?. Jika dikatakan bahwa penyimpangan itu sudah demikian jauh, dimana letak peran mereka yang dipimpin,hingga sang pemimpin dapat melenggang jauh dari “jalan yang benar” itu?

Sudah hampir pasti jawabannya, ada kontribusi kesalahan dari yang dipimpin. Bisa saja karena yang dipimpin, tidak maksimal merengkuh dan meraih sang pemimpin untuk kembali ke jalan yang benar, atau ada pola berpikir yang salah pada mereka yang dipimpin. Pola pikir yang salah dengan berasumsi bahwa semua kesalahan itu, karena tanggung jawab Jokowi sendiri, biarkan Jokowi bekerja sendiri, sedangkan kita sebagai rakyat, tinggal menerima hasilnya saja. Atau pola pikir yang lebih ekstrem lagi, sesungguhnya, kita hanya kumpulan orang-orang penakut, orang-orang yang hanya mau melepaskan tanggung jawab, lalu mencari kambing hitamnya, dengan melemparkan semua tanggung jawab itu, pada Jokowi seorang.

Mana peran Dewan Pertimbangan Presiden, Dewan ini - Dewan itu, Dewan-Dewan yang memberi pertimbangan ketika Presiden akan mengambil kebijakan. Mana Peran Anggota Dewan Yang Terhormat atas kebijakan yang telah diambil Presiden. Mana sumbang-saran, serta suara anggota masyarakat yang katanya akhli, cerdik pandai itu, ketika Presiden akan mengambil kebijakan serta pasaca pengambilan kebijakan yang dirasa keliru atau kurang pas..

Tanggung Jawab Kita semua.

Meletakkan semua carut marut yang terjadi pada tanggung-jawab Jokowi sendiri, secara tidak sadar, kita meletakkan posisi Jokowi sedemikian tingginya, sebagai seorang Superman, Super Hero, manusia setengah Dewa. Serta, pada saat yang sama sekaligus memposisikan kita sendiri sebagai pengecut, tidak perduli, penonton passive dan pecundang.

Padahal, Negara ini, milik kita semua, tanggung jawab kita semua. Pertanyaannya sekarang, mendesak untuk dijawab, apa yang sudah kita sumbangkan untuk Negara tercinta ini, hingga akhirnya menimbulkan kondisi carut marut? apa kontribusi kita sebagai rakyat. Bukan mustahil, kondisi carut marut ini, merupakan hasil dari perilaku kita semua sebagai rakyat, sebagai bagian dari Negara yang disebut Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun