[caption caption="Nara sumber Yusran Darmawan, Thamkrin Dahlan, Iskandar Zulkarnain dan Moderator Mbak Ella"][/caption]Hari-hari berlalu, semuanya berjalan dengan kejadian-kejadian yang menyertainya, berkelindan dengan manusia dimana hari dan kejadian itu berlangsung, semua peristiwa itu, tak akan berulang kembali, kejadiannya boleh sama, tetapi waktu yang menyertai kejadian awal tentu berbeda dengan kejadian yang sama pada waktu yang berbeda. Semua itu adalah sejarah. Masalahnya, maukah kita menuliskan sejarah itu. Sejarah bukan dalam pengertian mainstream. Melainkan, dalam pengertian “kecil” yang terjadi pada sekelompok orang, beberapa orang bahkan pada satu atau dua orang saja.
Demikianlah yang terjadi pada tanggal 25 Agustus 2015, bertempat di Kompas Gramedia lantai enam, jalan Palmerah Barat. Sebuah sejarah telah ditorehkan. Sebuah buku, yang membahas tentang masalah kemiskinan, masalah masyarakat pinggiran dan masyarakat yang seakan asing bagi masyarakat Jakarta, telah dibedah dan dibahas dihadapan mereka yang menamakan diri sebagai kompasianer, para penulis atau blogger yang menuliskan buah pikirannya pada blog keroyokan yang bernama kompasiana.
Merupakan peristiwa bersejarah pula, karena buku semacam ini, belum pernah sebelumnya diterbitkan dan ditulis di Negara tercinta Indonesia. Inilah satu-satunya buku yang membicarakan perjalanan PNPM selama periode lima tahun terakhir, hingga berakhir pada waktu dihentikannya program yang peduli pada program pengentasan kemiskinan, pada 30 Desember 2014.
Sesuai judul buku “catatan kecil, perjalanan PNPM-MPd”. Maka, buku yang dibedah oleh Narasumber Yusran Darmawan, Thamrin Dahlan dan Iskandar Zulkarnain serta Moderator mBak Ella, tidaklah bercerita tentang teori-teori tentang Program PNPM secara muluk-muluk, demikian juga, tidak bercerita tentang keberhasilan yang diraih oleh program PNPM. Tetapi, lebih pada kesenjangan yang terjadi antara teori diatas kertas dengan aplikasi yang terjadi di lapangan, ketika program ini sampai di Desa.
Beberapa masalah dan solusinya, kadang juga dipaparkan secara ringan dan relaks saja, seperti pada pada pembahasan akar kemiskinan yang “ternyata” disebabkan oleh harga beras yang murah atau solusi lain tentang pengertian, bahwa kemiskinan dikarenakan oleh sebab tidak bekerja. Ternyata kesimpulan demikian tidak benar seluruhnya.
Pembahasan makin menjadi membumi, disebabkan oleh penulis memang benar-benar menguasai medan kajian yang ditulisnya, turut merasakan apa yang dituliskannya serta mengerti betul nilai rasa apa yang ditulisnya. Semuanya, karena penulis adalah fasilitator yang sudah menggeluti dunia yang ditulisnya selama lima tahun terakhir. Sebagai Fasilitator yang berlokasi di kecamatan, posisi pada garda terdepan dari program PNPM-MPd, yang peduli pada pengentasan masyarakat miskin.
Bedah buku “catatan kecil, perjalanan PNPM-MPd” terasa sangat cair, interaksi antara nara sumber dengan peserta begitu intens dan tanpa sekat, serta dalam suasana kekeluargaan. Sebabnya, apakah karena peserta bedah buku, adalah, mereka yang suka menulis dan membuat buku juga, bisa jadi demikian. Atau karena memang datang dengan semangat untuk menambah “sesuatu” yang dirasa baru.
[caption caption="selesai acara, beberapa K'er yang tersisa, ikutan Narsis"]
Last but not least, sayang acara yang jauh hari sudah diwartakan kepada fasilitator, terutama pada mereka yang kini duduk di Kemendes. Karena satu dan lain hal, mereka tak satupun yang sempat hadir. Namun, the show must go on. Buku “catatan kecil perjalanan PNPM-MPd” sudah mencatatkan dirinya, sebagai buku yang sudah di bedah di “kandang macan” negri tercinta Indonesia. Kompas Gramedia.