Lebak, sebuah kabupaten yang penuh gejolak dan eksentrik, dimulai dari kisah Multatuli pada Zaman Belanda, lalu kisah Rhomusa pada Zaman Jepang, kedua penggalan sejarah itu bercerita bagaimana kejamnya eksploitasi penguasa terhadap rakyatnya dan bagaimana eksploitasi kekayaan alam untuk sang penguasa atau rezim.
Sayangnya, kedua kondisi itu, hingga kini belum banyak berubah, bagaimana alam lebak yang kaya itu dieksploitasi dengan rakusnya, sementara kabupaten ini masih dalam kategori kabupaten tertinggal. Bahkan bupatinya, Mulyadi Jayabaya kini menjabat Ketua Asosiasi Kabupaten Tertinggal (ASKATI).
Harapan perbaikan Lebak kini muncul kembali dengan akan digelarnya Pilkada Lebak pada 29 Agustus 2013
[caption id="attachment_229384" align="alignnone" width="663" caption="Potret Kemiskinan dan ketertinggalan di Lebak (dok Pribadi)"][/caption]
Berbagai kunjungan yang dilakukan Incumbent Mulyadi Jayabaya, sarat dengan aroma politik menjelang Pilkada dengan mengusung Putrinya Hj. Iti Jayabaya, dalam kunjungan dinas itu, berbagai dukungan bergulir, yang intinya mendukung putri beliau untuk menjadi orang nomer satu di Lebak.
Sementara, Calon-calon lain, bergerilya secara sembunyi-sembunyi, dalam acara-acara pernikahan, dalam acara majelis taklim, atau dalam pertemuan malam hari dengan tokoh-tokoh agama, sebut saja seperti H. Amir Hamzah yang kini menjadi wakil Bupati, Pepep Paisaludin yang kini menjadi Wakil Ketua DPRD Lebak, anggota DPRD Banten Kasmin dan Wakil Ketua DPRD Banten, Suparman.
Namun, sayangnya Pilkada Lebak yang akan digelar 29 Agustus 2013 dengan alokasi dana melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Lebak sebesar Rp21 miliar itu, hingga kini para Calon yang akan bertarung, belum berbicara bagaimana tentang nasib ekonomi rakyat yang mereka pimpin. Issue yang mereka usung, masih sekitar bagaimana status selatan Lebak setelah mereka terpilih, bagaimana soal sarana dan prasrana yang kini masih memprihatinkan kondisinya, padahal Lebak memiliki issue yang sangat kompleks, meliputi semua aspek kehidupan, dan itu sifatnya segera untuk diselesaikan.
Dengan kompleksnya masalah yang terjadi di Lebak, kita berharap agar kelak, pemimpin Lebak ke depan hendaknya memiliki intelektualitas, kapabilitas, integritas, cinta Tanah Air, bersikap tegas, adil dan sederhana serta memiliki rasa malu yang besar akan status Lebak yang masih masuk dalam kategori Kabupaten tertinggal.
[caption id="attachment_229385" align="alignnone" width="663" caption="Alam lebak yang eksotis (dok Pribadi)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H