Siang itu saya berkunjung ke rumah embah Parino, di kecamatan Bayah, Banten Selatan, rumah beliau tepatnya berada di RT.03/RW.10 no.26 desa Darmasari, kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak.
[caption id="attachment_225760" align="alignleft" width="233" caption="Alamat Rumah mbah Parino (dok Pribadi)"][/caption]
Perjalanan ke rumah mbah Parino, rasanya sangat mendesak,mengingat beliau kini, satu-satunya saksi yang masih hidup dari korban kekejaman Rhomusa, pada pembangunan jalan Kereta Api maut antara sakety dan Bayah.
[caption id="attachment_225762" align="alignleft" width="663" caption="mbah Parino dan istri beliau ibu Uwen (dok Pribadi)"]
Singkat cerita, Jalur kereta Api Saketi-Bayah ini, telah memberikan kontribusi yang besar dalam pengadaan bahan bakar batu bara pada zaman pendudukan Jepang, batu bara diangkut dari Bayah ke Saketi, lalu dari Saketi, batu bara diangkut dengan menggunakan kereta api menuju Rangkas Bitung, untuk akhirnya tiba di Jakarta.
Siang itu mbah Parino terlihat sehat, guratan-guratan kejam masa lalu masih jelas terbayang di wajahnya, meskipun usianya telah mencapai 89 tahun, tetapi kondisinya masih bugar, hanya ingatan dan pendengarannya saja yang jauh berkurang, sehingga untuk berkomunikasi dengan beliau, harus bersuara keras, untunglah, kadang kami dibantu oleh istri beliau yang bernama ibu uwen, untuk menjelaskan apa yang saya maksudkan.
[caption id="attachment_225764" align="alignleft" width="663" caption="dok veteran Perang dunia II mbah Parino (dok Pribadi)"]
Tidak banyak data sejarah yang dapat saya peroleh dari pertemuan dengan mbah Parino, karena banyak hal yang sudah terlupakan oleh beliau, mbah Parino asal desa Seren Purworejo ini tidak banyak bicara detail tentang Rhomusa, beliau bicara melompat-lompat dari topic yang satu ke topic yang lain, lalu menyanyikan lagu-lagu jepang, dan bilangan-bilangan angka Jepang, dari istri beliau, ibu uwen, saya memperoleh informasi, bahwa beliau memiliki 4 orang putra, dua orang putra meninggal ketika kecil, sedangkan yang hidup hingga kini dua orang, yakni Ahmad Hidayat dan Kliwon, dari kedua orang putra ini, beliau memperoleh enam orang cucu. Dari Istri beliau juga saya memperoleh informasi, bahwa beliaulah kini, satu-satunya mantan Rhomusa yang masih hidup.
[caption id="attachment_225765" align="alignleft" width="663" caption="dok veteran dari pemerintah (dok Pribadi)"]
Diakhir pembicaraan dengan mbah Parino, beliau mengharapkan agar pemerintah memberikan santunan pada beliau, semacam pensiunan begitu, beliau juga mengeluarkan berkas-berkas yang miliki, seperti surat Legiun Veteran Perang Dunia ke II, Surat Perintis Kemerdekaan dari pemerintah Jabar, daftar nama-nama Pekerja Rhomusa yang telah meninggal serta keterangan dari Departemen Sosial. Sebagai bangsa yang besar, yang menghargai para pahlawannya, apakah tidak bijaksana jika pemerintah mengabulkan harapan beliau ini, inilah satu-satunya mantan Rhomusa yang masih hidup, apalagi usia beliau sudah 89 tahun…….semoga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H