Mohon tunggu...
Iskandar Zulkarnain
Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Penulis Buku ‘Jabal Rahmah Rendesvous Cinta nan Abadi’, 'Catatan kecil PNPM-MPd', 'Menapak Tilas Jejak Langkah Bung Karno di Ende', 'Sekedar Pengingat', 'Mandeh Aku Pulang' (Kumpulan Cerpen) dan 'Balada Cinta di Selat Adonara' (Kumpulan Cerpen). Ayah. Suami. Petualang. Coba berbagi pada sesama, pemilik blog http://www.iskandarzulkarnain.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Buya Hamka dalam Pemilu 2014

16 Februari 2014   18:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:46 964
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Judul diatas seakan mengada-ada, mana mungkin Buya Hamka akan hadir dalam Pemilu 2014? Bukankah beliau sudah almarhum. Maksudnya, kehadiran Buya Hamka bukan pada sosok fisik beliau, tetapi pada kehadiran pemikiran dan prinsip hidupnya.

Pemikiran Buya Hamka bukan pada system pemilu dan tetek bengek Tekhnis pelaksanaan yang akan dilakukan oleh KPU. Tetapi lebih pada sosok caleg. Darimanapun partainya, jika mereka mau saja mencontoh, mengadopsi dan memodifikasi sosok Buya Hamka dengan segala pemikiran, prinsip hidup dan contoh prilakunya, mudah-mudahan “keberhasilan” sudah ditangan. Diantara hal-hal yang perlu dicermati oleh para caleg, antaralain:

Kemampuan orasi, seorang Almarhum Rendra WS, yang semua orang tahu, siapa dia, pernah mengatakan, bahwa di Indonesia ini, ada dua orang orator ulung yang sangat dia kagumi, karena kemampuannya menyedot perhatian pendengarnya, yang pertama Soekarno dan kedua Buya Hamka. Sebuah pernyataan jujur dari seorang WS Rendra. Semua orang yang pernah mendengar ceramah Buya Hamka tentu akan sepakat dengan pernyataan WS Rendra. Ketika itu, Buya Hamka menyampaikan ceramah pada Televisi Hitam Putih milik TVRI. Mimic dan cara penyampaian beliau, mampu menyedot perhatian banyak orang, bahkan hingga lintas agama. Jika saja para caleg mampu dan mau mempelajari cara beliau berorasi, tentu akan memiliki nilai plus untuk dirinya. Pada akhirnya kelak akan menguntungkan sang caleg pada bilik suara.

Transaksi yang hanya sekali, pada banyak kesempatan, Buya Hamka mengatakan bahwa dirinya telah beliau jual pada Allah, Ulama yang telah menjual dirinya pada Allah, tidak dapat dijual lagi kepihak manapun. Jika saja, para caleg memiliki komitmen yang sama dengan Buya Hamka, atau memodifikasi, misalnya, dengan menyatakan bahwa dirinya telah dia jual untuk Negara dan bangsa ini. Maka caleg tersebut tidak dapat dijual lagi untuk hal lain, seperti untuk uang, untuk keluarga, kerabat, kelompok dan golongan. Prinsip soal transaksi menjadi penting, karena masayarakat sudah hafal betul, bagaimana caleg-caleg menjual impian pada konstituen, sedangkan mereka sendiri nenjual dirinya untuk uang, harta, keluarga dan golongan dengan berbagai cara, halal dan haram tidak menjadi pertimbangan lagi.

Menikah hanya sekali, dalam bukunya Merantau ke Deli, Buya Hamka menjelaskan alasannya mengapa beliau merantau, salah satu alasan dari banyak alasan, karena beliau tidak ingin hidup berpoligami. Padahal poligami untuk orang seperti beliau bukanlah hal yang aib, untuk masyarakat Minangkabau yang Matriarchat, berpoligami tidaklah sesulit pada masyarakat patriarchat, karena si suami tidak begitu dituntut untuk memenuhi ekonomi keluarga, apalagi posisi beliau juga sebagai Ninik Mamak dalam lingkung budaya masyarakat dimana beliau tinggal. Akhirnya, anjuran untuk polygamy, datang dari ayah beliau sendiri. Tetapi, prinsip teguh untuk tidak berpolygami telah beliau ambil, solusi terbaik yang beliau ambil, memboyong keluarganya untuk merantau ke Deli (Medan). Prinsip yang sama, jika saja diambil oleh para caleg tentu akan jauh lebih baik. Ketika caleg terpilih dan menjadi anggota legislatif,alangkah indahnya jika focus untuk memajukan masyarakat yang diwakili daripada sibuk dengan urusan keluarga kedua, ketiga dst.

Jadilah Negarawan, Buya Hamka bukanlah politisi tetapi negarawan, hal ini dapat dilihat dari peristiwa, ketika Soekarno ingin menghembuskan napas terakhirnya, beliau berpesan agar jenazahnya di sholatkan oleh Buya Hamka. Orang yang telah beliau tahan beberapa tahun tanpa prosedur yang benar dan tanpa proses pengadilan. Buya Hamka yang mengetahui pesan itu, dari orang yang telah mendzaliminya, tanpa dendam sedikitpun, dengan sikap kenegarawanannya mensholati Soekarno. Hendaknya caleg dapat mengikuti sikap beliau, politik hanya sebagai jenjang, tujuan akhirnya, jadi negarawan. Bedakan antara kepentingan partai dengan kepentingan Negara, pisahkan antara urusan tugas dan urusan pribadi.

Harus berani dan tegas, hampir semua kita tahu, mengapa Buya Hamka mengundurkan diri dari ketua MUI. Inilah contoh keberanian dan ketegasan beliau. Dalam buku Ayah yang ditulis oleh Irfan Hamka, dituliskan apa saja yang menjadi prinsip hidup ayahnya. Buya Hamka menghayati sebuah pantun yang digubah oleh Datuk Panduko Alam yang tertulis dalam buku Rancak di Labuh. Pantunnya seperti ini:
Putuslah tali layang
Robek kertasnya dekat bingkai
Hidup nan jangan mengepalang
Tidak punya berani pakai

(sumber tegas dan berani klik disini)

Prinsip tegas dan berani sudah menjadi barang langka di Negara ini, kita semua tahu, akibat pemimpin kita yang tidak tegas dan lebay selama sepuluh tahun ini. Hal demikian, idealnya jangan terjadi lagi untuk masa depan, dan itu, diharapkan dimulai dari caleg yang akan kita pilih 2014.

Agaknya, Buya Hamka masih dapat dijadikan sebagai model untuk pemilu 2014. Bagaimana kita menafsirkan dan menterjemahkan model itu, tentunya tergantung pada tingkat kecerdasan caleg itu sendiri………. Wallahu A’laam.

Menuju Indonesia yang lebih baik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun