Ini kisah nyata, tentu saja, bukan mengenai saya sendiri. Melainkan, orang yang saya kenal dengan baik. Ketiga orang itu. Sang Mertua, suami dan isterinya, serta anak semata wayangnya. Saya menyaksikan sendiri. Mereka orang baik. Meski awalnya, saya hanya mengira-ngira. Tetapi setelah ada pengakuan dari sang suami. Baru saya yakin. Bahwa, apa yang saya duga selama ini, ternyata benar.
Sore itu, sang suami dan Mertua datang ke rumah saya. Suami, sebut saja Ahmad, Mertua sebut saja Fatimah. Setelah bercengkerama dan cerita ngalor-ngidul, Fatimah dan Ahmad pamit pulang. Saya mengantar mereka hingga halaman. Sesaat, setelah Fatimah duduk dibelakang motor yang dikemudikan Ahmad. Fatimah melingkarkan tangannya pada pinggang Ahmad. Syuuurr, darah saya berdesir, terbersit dalam pikiran saya, itu bukan prilaku antara mertua dengan menantu. Tetapi, periaku antara suami dan isteri. Tetapi, saya mencoba berpikir positif saja. Mungkin itu, pertanda keakraban antara Ahmad dan Fatimah.
Ketika yang lain. saya main ke rumah Ahmad, sekitar jam sebelas siang. Ahmad yang membukakan pintu. Tampak lusuh. Di rumah hanya ada Ahmad dan Fatimah, sedangkan Siti, isteri Ahmad sedang bekerja. Nona anak semata wayang Ahmad sedang sekolah di SD yang tak begitu jauh dari rumah Ahmad. Sementara saya dan Ahmad berbincang, keluar Fatimah menghidangkan air, jelas terlihat Fatimah baru selesai mandi.
Kedua kejadian diatas, telah lama terjadi, sekitar sebelas tahun yang lalu. Saya sudah tak pernah mengingatnya lagi. Kalau saja saya tak bertemu kembali dengan Ahmad beberapa waktu yang lalu. Bulan Desember 2014.
Setelah kami ngobrol, akhirnya Ahmad bertanya pada saya, apa yang ada dipikiran saya, pada dua kejadian diatas? Jujur saya katakana, bahwa saya menangkap sesuatu yang “aneh”. Saya tak berani mengatakan, ada perselingkuhan antara mertua dan menantu.
Ahmad tersenyum, lalu bercerita pada saya. Tujuannya, agar saya tak berprasangka yang bukan-bukan. Karena, kebanyakan prasangka itu salah. Saya menuliskannya inipun, maksudnya jelas. Agar ada pencerahan untuk saya. Fenomenaapa ini? Bagaimana penjelasannya.
Inilah cerita Ahmad.
Fatimah bersahabat akrab dengan Yuli ketika sama-sama SMA. Tamat SMA, Fatimah menikah dengan Anggota TNI. Lalu, mengikuti suami yang bertugas di Jakarta. Sementara Yuli melanjutkan kuliah.Sepuluh tahun menikah Fatimah belum juga dikaruniai anak. Tak disangka, Fatimah bertemu dengan Yuli yang kini baru menikah dan berprofesi sebagai dosen di sebuah Universitas swasta ternama di Ibu kota.
Malang tak dapat ditolak, Yuli menghembuskan napas terakhirnya ketika melahirkan Siti, sejak itulah Fatimah “memiliki” anak Siti. Memasuki usia siti enam tahun, suami Fatimah menyusul sang khaliq. Sejak itulah Fatimah menyandang predikat sebagai janda perwira anggota TNI. Pensiun yang diterima Fatimah tetap dia terima, sebagai tambahan, Fatimah membuka warung nasi di rumahnya.
Ketika siti menikah dengan Ahmad, usia Fatimah empat puluh Sembilan tahun, sementara Ahmad berusia 30 tahun.Setahun kemudian, keluarga muda ini dikarunia anak. Sejak memiliki cucu. Fatimah berhenti berjualan nasi. Fatimah disibukkan mengurusi cucu, karena Siti sibuk dengan pekerjaannya. Sementara Ahmad yang bekerja di Richt. Penambangan lepas pantai pulang dua minggu sekali. Dua minggu di lepas pantai, seminggu di rumah.
Saat-saat Ahmad di rumah, sementara Siti di kantor, hanya Fatimah yang menemani Ahmad. Hingga akhirnya, Ahmad merasa, bahwa perhatian Fatimah jauh lebih baik dari yang dilakukan Siti. Fatimahpun merasa, ada sesuatu yang lain, yang selama ini tak pernah dia rasakan pasca suaminya meninggal.
Dengan pertimbangan, Fatimah tidak ingin berpisah dengan Siti, tak ingin menyakiti hati Siti, tak ingin tunjangan pensiunnya hilang, tak ingin tergelincir pada perbuatan zina. Maka, Fatimah dan Ahmad akhirnya menikah Siri.
Saat-saat Siti tak di rumah, Fatimah berfungsi sepenuhnya sebagai istri Ahmad. Sementara, ketika Siti di rumah, fungsi Fatimah berubah menjadi mertua Ahmad dan ibu bagi siti serta nenek bagi Nona. Peran ganda yang dilakukan Fatimah itu, begitu sempurna dia lakukan, sudah sebelas tahun, hingga kini. Rumah tangga yang aneh itu penuh damai. Tak ada gejolak. Sempurna terlihat dari luar.
Saya tak tahu apa yang dirasakan oleh bathin Ahmad. Bagaimana kelak rumah tangga ini kedepan? Saya tak tahu. Masukan dari teman-teman saya tunggu. Fenomena apa ini? Bagaimana penjelasannya? Saya ingin tahu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H