Mohon tunggu...
Issyaroh Kudo
Issyaroh Kudo Mohon Tunggu... Guru - guru SD

Hanya ingin menulis terutama ketika muncul ide

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kita dalam Diri Bu Tejo

24 Agustus 2020   08:57 Diperbarui: 24 Agustus 2020   08:55 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Cie cie yang masih kesel aja sama Bu Tejo... Hello... kesel ya? Pingin nampol mukanya Bu Tejo? Hih... geregetan deh... Pingin narik jilbabnya, njambak rambutnya, terus nguncir mulutnya.... Jiahaha...

Jagat persosmedan lagi gempar. Viral terbaru, (bukan terupdate, karena gatau deh hari ini ada viral apalagi) film pendek besutan sutradara Wahyu Agung Pasetyo yang dirilis tahun 2018 itu justru booming dan viral di tahun 2020. Tokoh utama Bu Tejo inilah yang menjadi "nyawa" dalam film ini.

Siti Fauziah berhasil memerankan karakter Bu Tejo yang digambarkan sebagai ibu-ibu pada umumnya yang suka menggosip, berprasangka buruk, dan nyiyir. Bahasa tubuhnya memperkuat karakter si penggosip ini. Mencas-mencos mulutnya, lirikan matanya, hingga gerak tangan dan badan. Bu Tejo berhasil membuat penonton baper dengan gayanya itu.

Rasanya pengin ngambil sandal buat dilemparin ke mukanya! Komentar seorang teman.

Apa yang salah dari karakter Bu Tejo? Suka nggosipnya? Hello... Emak-emak mana yang tidak pernah menggosip? Ada? Kalaupun ada paling cuma beberapa orang saja. Nggosipin si A bersama si B, si C, si D. Giliran si A ada, si B tidak ada, maka jadilah si B yang digosipin bersama si A, si C, dan si D. Rumusnya, orang yang tidak ada akan jadi bahan gossip! Lah kalau kita yang tidak ada? Ehm... tau dong? Hihi... Makanya mak, usahain kita selalu berada di sekitar para penggosip itu biar gak digosipin! Hei, saran macam apa itu, Ferguso?

Bu Tejo selalu berprasangka buruk. Dugaan-dugaan yang masih spekulasi saja digelontorkan dengan begitu yakinnya di depan emak-emak yang lain. Kalimat-kalimatnya yang sangat menggelitik itu sebenarnya hanyalah kalimat mainstream yang sering kita dengar (atau kita ucapkan?). 

Bermodalkan kecurigaan pada Dian si kembang desa yang baru bekerja tapi sudah memiliki berbagai kemewahan, yang mustahil dimiliki oleh seorang karyawan baru, Bu Tejo berorasi dengan begitu berapi-api meyakinkan audiennya bahwa prasangkanya adalah sebuah kebenaran. Mak, pernah berprasangka buruk sama orang lain? Hah, sering? Duh!

Kemewahan Dian dan kedekatannya dengan Fikri, anak Bu Lurah, adalah bahan empuk nyinyiran Bu Tejo. Prasangka-prasangkanya melahirkan kalimat-kalimat yang nylekit. Parahnya, para jamaah ghibah mengamini begitu saja, gak perlu kroscek. Persis sama yang terjadi di sekitar ya Mak?

Pantas sajalah karakter bu Tejo itu bikin gemesss... pengin ngrues-ngrues... Eh, tapi kenapa? Karena karakter buruk Bu Tejo yang nyebelin, atau... Bu Tejo nyindir kita skak mat?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun