Mohon tunggu...
Isyi Zahrotal Jasmine
Isyi Zahrotal Jasmine Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional 2022 Universitas Jenderal Soedirman

90% extrovert, social media enthusiast, enjoying photography & videography content.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Globalisasi dan Pola Konsumsi, Bagaimana Pilihan Kita Berdampak pada Iklim Bumi?

1 Juli 2024   22:36 Diperbarui: 1 Juli 2024   23:29 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Globalisasi ditandai dengan meningkatnya keterhubungan dan saling ketergantungan ekonomi, budaya, dan populasi dunia, telah memberikan pengaruh besar pada dunia. Fenomena ini telah menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang signifikan, pertukaran budaya, dan kemajuan teknologi. Namun, hal ini juga berdampak terhadap salah satu tantangan paling mendesak saat ini yaitu perubahan iklim. Pola hidup dan pilihan kita yang didorong oleh globalisasi menjadi penentu signifikan terhadap iklim bumi. Artikel ini akan mengeksplorasi hubungan antara globalisasi, perubahan iklim serta mengkaji bagaimana pilihan individu dan kolektif dapat mempengaruhi lingkungan.

Globalisasi telah memfasilitasi pergerakan cepat barang, jasa, dan manusia melintasi batas negara, sehingga menyebabkan peningkatan emisi gas rumah kaca. Rantai pasokan global, yang memungkinkan produk diproduksi di satu belahan dunia dan dikonsumsi di belahan dunia lain, sangat bergantung pada bahan bakar fosil. Misalnya, industri pelayaran, yang merupakan komponen penting dalam perdagangan global, menyumbang hampir 3% emisi CO2 global. Perjalanan udara, salah satu landasan globalisasi, bertanggung jawab atas sekitar 2,5% emisi karbon global.

Selain itu, globalisasi telah mendorong industrialisasi dan urbanisasi di negara-negara berkembang, sehingga semakin meningkatkan konsumsi energi dan emisi. Sebagai contoh Tiongkok yang sering disebut sebagai "pabrik dunia", mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat akibat globalisasi. Namun, pertumbuhan ini juga disertai dengan dampak buruk terhadap lingkungan, sehingga menjadikan Tiongkok sebagai negara penghasil emisi CO2 terbesar, yang menyumbang sekitar 28% emisi global.

Globalisasi telah membentuk pola konsumsi di seluruh dunia, yang menyebabkan peningkatan permintaan terhadap barang dan jasa. Permintaan ini mendorong produksi dan, ujung ujungnya, emisi. Negara-negara maju, dengan tingkat konsumsinya yang tinggi, memainkan peran penting dalam dinamika ini. Misalnya, Amerika Serikat, yang jumlah penduduknya hanya 4,25% dari populasi dunia, menyumbang sekitar 15% emisi CO2 global.

Ketika produksi mengalami peningkatan artinya pembuangan barang konsumsi juga meningkat. Seperti halnya industri fashion, yang merupakan produk perdagangan global sekaligus kebutuhan primer manusia, merupakan salah satu penyumbang pencemaran terbesar, dengan bertanggung jawab atas 10% emisi karbon global dan hampir 20% air limbah. Meskipun masyarakat terpenuhi dengan adanya fast fashion, produksi pakaian berbiaya rendah, namun justru masalah ini memperburuk keadaan iklim karena mendorong konsumsi berlebihan dan pemborosan.

Di sisi lain, globalisasi juga telah mengubah produksi dan distribusi pangan, yang mengarah pada peningkatan ketersediaan beragam produk pangan di seluruh dunia. Bahkan bidang pertanian menyumbang sekitar 24% emisi gas rumah kaca global, akibat penggundulan hutan, emisi metana dari peternakan, dan penggunaan pupuk sintetis menjadi kontributor yang signifikan. Pola makan tinggi terhadap daging dan produk susu juga memiliki jejak karbon yang lebih besar dibandingkan pola makan nabati. Misalnya, memproduksi satu kilogram daging sapi menghasilkan sekitar 27 kilogram emisi CO2, sedangkan memproduksi kacang lentil dalam jumlah yang sama hanya menghasilkan 0,9 kilogram CO2 . Dengan ini meningkatnya permintaan daging, yang didorong oleh peningkatan pendapatan dan perubahan pola makan di negara-negara berkembang, semakin memperburuk lingkungan.

Mengatasi dampak globalisasi terhadap lingkungan memerlukan pendekatan multifaset, yang melibatkan kerja sama internasional, perubahan kebijakan, inovasi teknologi, dan tindakan individu. Paris Agreement, yang diadopsi pada tahun 2015, merupakan salah satu langkah signifikan menuju aksi iklim global. Perjanjian ini bertujuan untuk membatasi pemanasan global hingga jauh di bawah 2 derajat Celcius dibandingkan tingkat pra-industri, dengan upaya untuk menjaganya hingga 1,5 derajat Celcius. Selain itu dunia internasional juga telah mengungkapkan beberapa opsi untuk mengatasi permasalahan ini.

1. Transisi ke Energi Terbarukan

Strategi utama untuk memitigasi perubahan iklim adalah peralihan dari bahan bakar fosil ke sumber energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, air, dan panas bumi. Teknologi energi terbarukan hanya menghasilkan sedikit atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca, sehingga menjadikannya penting dalam mengurangi jejak karbon global. Negara-negara seperti Jerman dan Tiongkok telah memimpin dalam penerapan energi terbarukan. Jerman memiliki Kebijakan Energiewende (transisi energi) yang bertujuan untuk menghentikan penggunaan tenaga nuklir dan meningkatkan porsi energi terbarukan dalam bauran energinya. Tiongkok, produsen panel surya terbesar di dunia, telah banyak berinvestasi pada tenaga angin dan surya, sehingga secara signifikan meningkatkan kapasitas energi terbarukannya.

2. Meningkatkan Efisiensi Energi

Meningkatkan efisiensi energi pada bangunan, transportasi, dan proses industri merupakan opsi penting selanjutnya dalam aksi menjaga iklim. Teknologi dan praktik hemat energi dapat mengurangi emisi dan menghemat biaya. Misalnya, kendaraan listrik (EV) kembali mendapatkan popularitas sebagai alternatif yang lebih bersih dibandingkan mobil bertenaga bensin tradisional. Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan bahwa efisiensi energi dapat berkontribusi terhadap hampir 40% pengurangan emisi yang diperlukan untuk memenuhi tujuan iklim global pada tahun 2040 mendatang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun