Mohon tunggu...
isyanarahmayanti
isyanarahmayanti Mohon Tunggu... mahasiswa

hobi saya membaca novel

Selanjutnya

Tutup

Book

Review Buku Filosofi Teras yang Ditulis oleh Henry Manampiring

4 Desember 2024   01:27 Diperbarui: 4 Desember 2024   01:31 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Buku ini membahas tentang survei yang menunjukkan meningkatnya kekhawatiran masyarakat, sekaligus menggambarkan kehidupan penulis yang penuh dengan emosi negatif yang berlebihan. Lebih dari 2000 tahun yang lalu, sebuah aliran filsafat menemukan akar penyebab dan solusi untuk masalah emosional yang banyak dialami orang. Filsafat tersebut adalah Stoisisme, atau Filsafat Stoa, yang penulis dalam buku ini kenalkan dengan istilah "Filosofi Teras". Filsafat ini berasal dari Yunani-Romawi Kuno dan dapat membantu kita mengatasi emosi negatif serta membentuk mental yang kuat dalam menghadapi berbagai dinamika kehidupan. 

Dalam buku ini, Filsafat Stoa dijelaskan dengan cara yang sederhana, dengan menekankan pada konsep "dikotomi kendali", yang mengajarkan kita untuk membedakan mana hal yang bisa kita kendalikan dan mana yang tidak. Dari sini, kita bisa memilih dengan bijak hal-hal yang dapat membawa kebahagiaan atau sebaliknya, yang dapat merusak kesejahteraan kita. Namun, William Irvine, seorang filsuf, mengembangkan konsep ini menjadi "trikotomi kendali", yang membagi kendali menjadi tiga kategori: apa yang kita kendalikan, apa yang tidak kita kendalikan, dan apa yang berada di tengah-tengah keduanya.

Yang membedakan Filosofi Teras dengan buku filsafat lainnya adalah cara penyajiannya yang menggunakan analogi kehidupan sehari-hari dan bahasa yang mudah dipahami oleh generasi milenial dan Gen-Z. Hal menarik dari buku ini adalah tujuannya, yaitu mencapai ketenangan hidup dan terbebas dari emosi negatif. Setiap bab dalam buku ini menyajikan pelajaran yang relevan, salah satunya adalah pentingnya hidup selaras dengan alam. Ini berarti kita harus menerima bahwa kehidupan berjalan sesuai dengan kehendak yang lebih besar, dan kita perlu menggunakan akal sehat agar tidak terbawa arus yang salah. 

Apalagi di zaman sekarang, di mana media sosial sering menyebarkan informasi yang tidak benar, kita harus bijak dalam menyikapi hal tersebut agar tidak terjebak dalam emosi yang merugikan diri sendiri. Satu pesan penting yang disampaikan adalah untuk tidak terlalu khawatir tentang hal-hal yang belum terjadi, melainkan fokus pada usaha kita untuk mencapai hasil yang terbaik. Secara keseluruhan, buku ini sangat menarik dan sangat direkomendasikan untuk dibaca.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun