Dan juga ketika seorang anak muda sudah dalam ranah politik dan akan ada di dalamnya maupun yang sedang berjuang dalam berkontribusi terhadap politik maka timbul anggapan yang berbanding lurus dengan tanggapan orang tua tadi, seperti " ah anak-anak tahu apa soal Politik?" dan tanggapan lain yang sejenisnya.Â
Dengan hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri memang dalam menghadapi tanggapan itu melalui pembuktian bahwa kaum milenal atau anak muda masa kini juga bisa bergerak dan menggerakkan arah Birokrasi, bukan hanya orasi yang membabi buta, atau demo yang kadang tak kunjung di dengar oleh petinggi Negeri ini. (Wah aku semakin ganas.haha, oke santai)
Untuk memulai itu semua, selaku pemikir yang handal (Wuih), kita harus dapat mencari Sumber-sumber untuk dijadikan refensi saat bicara, agar tidak hanya ahli Reorika.Karena ada tiga Kategori yang sering atau bahkan tidak terdeteksi kita ada di bagian mana mempunyai pemikiran tentang Politik. Bahkan, mungkin yang berjurusan Ilmu Politik tahu apa itu politik tapi berlainan arah dalam menggunakan Politik.
Yang pertama, Peduli Politik.
Rasa ingin tahu dan penarasan itu mungkin beda tipis, tapi untuk jenis yang satu ini sangat jelas sekali bahwa dalam tahap sederhana kita tidak bisa menyebutnya biasa-biasa saja ilmunya tentang Politik bahkan orang-orang yang seperti ini cenderung banyak bicara dan terus mengoreksi apa yang kurang dan apa yang tidak sesuai dengan Negeri ini.Â
Dari segi tanggapan terhadap sesuatu selalu mengakar sampai titik tumpu dan sampai titik penghabisan, Ilmunya kokoh dalam politik, pemikirannya Brillian, memacu adrenalin dalam tanggapan, membungkam apa saja yang tidak jelas. Â
Walaupun begitu, faktor ini berlaku ketika orang-orang yang seperti ini sudah menyentuh dari segi emosional, sudah mempengaruhi pemikiran-pemikiran orang-orang cerdas atau masih kategori orang-orang cerdas di luar sana, namun bukan berarti itu menjadi sebuah penghalang untuk sebuah kekurangan, karena semua akan berjalan sesuai kehendak jika mengawali dari kesunguhan yang dilhat.
Yang kedua, Cuek Politik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kita dalam berpikir kadang tidaklah sama, kadang ada yang berpikir satu kali untuk menentukan langkah selanjutnya, ada juga yang berpikir sepuluh kali untuk mengawali tahapan-tahapan yang akan ditempuhnya, ini adalah sederet pendapat tentang bagaimana pemikiran kepedulian itu bisa datang. karena situasi tertentu seseorang cuek atau tidak mau peduli sesuatu salah satunya dikarenakan ketidak sukaan untuk berpikir tentang apa saja yang terjadi saat ini.Â
Terkhusus untuk hal Politik ini, memang tidak menarik pemikirannya terhadap sesuatu yang berbau Pembahasan tentang masalah-masalah yang semakin menjadi-jadi dalam negeri ini misalnya, adanya anggapan langsung bahwa apa yang telah dan akan terjadi selama ini sama saja kualitasnya, tidak jauh beda dengan yang sebelumnya, sehingga inilah penyebab seseorang tidak begitu peduli terhadap politik itu sendiri.
Jika Pemikiran tersebut lebih dominan ada, maka tidak lama lagi semua yang berjalan tanpa dikoreksi akan menghancurkan pemikiran Generasi penerus yang akan datang.
Yang ketiga, Sok Tahu Politik.