Mengenal negara ini setelah Singapura. Agak kaget karena pertama kali ke Malaysia, justru langsung dihadang oleh polisi untuk pemeriksaan paspor. Sepertinya hanya pengecekan rutin. Setelah itu justru setiap tahun mendapatkan kesempatan ke Malaysia. Untuk tahun ini sudah dua kali ke Malaysia, selalu saja dalam urusan yang berhubungan dengan pendidikan.
Dalam urusan pendidikan ini hipotesa yang saya pegang “Malaysia bukanlah tempat pendidikan terbaik di dunia, namun Malaysia bisa menjadi pintu terbaik kemana saja di seluruh dunia”. Dalam satu kesempatan saya mengirim tulisan sebagai usulan dalam seminar di Eropa dengan mencantumkan universitas tempat saya waktu itu menjadi dosen luar biasa. Beberapa hari kemudian saya mendapatkan jawaban bahwa tulisan belum diterima dengan beberapa pertimbangan yang saya pandang sangat rasional.
Namum, saya belum menyerah. Lalu, saya perbaiki kembali dan mengubah status afiliasi. Waktu itu masih terdaftar sebagai mahasiswa Universiti Kebangsaan Malaysia dengan status menunggu jadwal ujian akhir. Justru jawaban yang berbeda yang saya dapatkan. Usulan paper tersebut diterima dan disertai dengan ucapan terima kasih. Kesimpulan saya, afiliasi dengan universitas Malaysia akan memberikan kesempatan yang lebih luas dibandingkan jikalau menggunakan identitas perguruan tinggi tanah air.
Namun, bukan berarti universitas Malaysia diberikan tempat hanya karena menggunakan kata Malaysia. Dalam peringkat universitas versi QS, universitas Malaysia menempati posisi yang lebih baik dan lebih banyak dibandingkan dengan perguruan tinggi Indonesia. Kalaupun teman-teman sering mencibir bahwa kualitas tulisan pakar Malaysia tidak lebih baik dibanding dengan ahli Indonesia, mungkin benar. Hanya saja data-data di Scopus dan Web of Sciences menunjukkan jumlah yang banyak itu lebih banyak yang berkualitas, minimal karena mendapatkan pengakuan dari masyarakat ilmiah. Jadi, bukan sekadar opini semata.
Terbang dari Singapura ke Kuala Lumpur, pesawat Tiger Airways mendarat di KLIA 2. Bandara yang baru dibuka bulan Mei tahun ini. Semuanya masih baru, bahkan saya masih mencium wangi cat yang juga masih baru. Bandara yang tertata dengan baik, walaupun harus mundur dari target awal pembukaan. Sepertinya bandara ini akan segera menjadi penunjang bagi kelancaran transportasi udara tidak saja di Malaysia tetapi bagi Asia Tenggara.
Dengan 216 loket untuk chek in, kemudian jarak tempuh tidak sampai 1 jam dari kota Kuala Lumpur dengan menggunakan bis yang menghubungkan KLIA 2 dengan KL Sentral, dan tidak ada waktu tunggu ketika akan terbang. Panjang landasan pacu mencapai 4.000 meter. Sehingga walaupun terbang dengan penerbangan murah tidak berarti akan berada di bandara yang murahan. Walaupun pajak bandara yang dibayarkan tetap saja sama dengan ketika berada di LCCT.
Tidak lagi menggunakan LCCT dimana bandara tersebut memang hanya untuk sementara saja. Sehingga dengan penggunaan bandara KLIA maka bangunan LCCT difungsikan menjadi terimnal kargo. Mendapatkan informasi dari salah satu kontraktor bandara, bandara seperti KLIA 2 akan dibangun di seentaro Malaysia. Ini menunjukkan bahwa ada keseriusan pemerintah dan perusahaan yang menjalankan usaha di bidang bandara untuk terus meningkatkan fasilitas bandara tidak hanya terpusat di Kuala Lumpur. Sekaligus juga menjadikan Malaysia menjadi hub penerbangan Air Asia. Berarti keuntungan yang selama ini dinikmati dengan transit di Singapura akan bertambah pilihan dengan transit di Kuala Lumpur. Bahkan Air Asia membuktikan kemampuannya dengan menguasai penghargaan Skytrax selama lima tahun berturut-turut sebagai penerbangan berbiaya rendah terbaik di dunia.
Hari pertama berada di Kuala Lumpur, langsung masuk ke rumah makan. Banyak pilihan, tapi kali ini saya memilih duduk di pinggiran jalan. Sebuah warung tenda yang menyediakan masakan Indonesia yang dimodifikasi dengan lidah Melayu. Tukang masak dan pelayannya tentu saja dari Indonesia dengan status tenaga kerja. Setelah menghabiskan sepiring nasi ayam ditambah dengan jus wortel, sepertinya waktu untuk beristirahat.
Berjalan beberapa langkah sudah mendapatkan hotel yang sesuai dengan kantong. Begitu masuk kamar hotel, segera mandi dan mempersiapkan jadwal sore ini. Masih ada beberapa hari untuk menyelesaikan agenda. Kesempatan untuk mendapatkan tambahan pandangan dan pengalaman sebelum semester ganjil dimulai kembali.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI