Mohon tunggu...
Ismail Wekke
Ismail Wekke Mohon Tunggu... Dosen - Warga Kota Sorong, Papua Barat

Membaca dengan bertualang untuk belajar mencintai Indonesia...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Masalah Karya Ilmiah Kita

20 September 2014   01:20 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:11 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Masjid Darul Ulum di Malanu, Sorong Papua Barat menjadi tempat yang sangat produktif untuk berbincang dengan rekan sejawat. Sebelum jamaah maupun sesudahnya selalu saja dalam beberapa menit ada perbincangan yang santai tapi sangat serius. Isunya beragam, mulai dari urusan dapur kdang sampai mengurus bangsa dan negara.

Malam ini (19/9) bertemu dengan dekan Fakultas Teknik saya membuka pembicaraan tentang perlunya pembentukan unit atau lembaga, apapun namanya yang penting diberikan kewenangan untuk menjadi penerbit kampus. Mengurusi penerbitan buku-buku dosen, termasuk juga untuk keperluan pembelajaran di dalam kelas. Tak kalah pentingnya menjadi koordinator dalam penerbitan berkala, baik jurnal maupun majalah.

Topik ini berkali-kali kami sudah mulai dan selalu berujung dengan optimisme bahwa diperlukan sinergitas antar lembaga secara internal dan juga jaringan dengan mitra baik yang ada di perguruan tinggi dari organisasi dalam naungan yayasan yang sama maupun di perguruan tinggi lainnya, dalam dan luar negeri.

Salah satu masalah yang menjadi kemandegan penerbitan adalah tidak tersedianya naskah yang bermutu. Kadang artikel jurnal nanti disiapkan kalau menjelang kenaikan pangkat. Padahal, sumber dari artikel hasil penelitian yang berbentuk skripsi dapat saja diolah kembali sehingga ini bisa ditingkatkan menjadi artikel publikasi yang layak diterbitkan di jurnal.

Beberapa dosen pula selalu menjadikan skripsi mahasiswa bimbingannya sebagai dasar untuk menyunting menjadi artikel jurnal. Hanya saja, ada pembimbing yang menempatkan namanya sebagai penulis pertama. padahal kontribusinya tidak lebih banyak dibandingkan dengan mahasiswa yang memang memiliki hak untuk menjadi penulis pertama. Jikalau saja pembimbing berkenan namanya masuk dalam tim penulis dan ini memang haknya karena ikut menghasilkan karya ilmiah, maka namanya cukup di nama kedua. Tidak akan pernah di nama pertama.

Berbeda dengan Prof. Mien Rifai, pakar taksnomi jamur dari Institut Pertanian Bogor yang juga tim akreditasi jurnal di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, beliau tidak pernah berminat untuk mengikutkan namanya dalam publikasi yang dihasilkan mahasiswanya. Sekalipun ia ikut dan membimbing penelitian tersebut. Pilihan ini didasarkan atas pemikiran bahwa kalau saja itu bagus, tetapi andaikata ada kesalahan ataupun ketidaktepatan tulisan mahasiswa, maka namanya akan ikut bertanggungjawab. Untuk mudahnya, beliau memilih untuk tidak mengikutkan namanya dalam artikel tersebut.

Rekan sejawat saya juga menguraikan dua hal bahwa karya mahasiswa selalu saja lebih banyak merupakan falsifikasi dan fabrikasi data. Saya menimpali, kalau di fakultas teknik mudah saja melacaknya karena ada jurnal logg ketika dilakukan percobaan di laboratorium. Termasuk alat-alat yang digunakan dan bahan yang dijadikan sebagai pendukung dalam pengumpulan data. Sementara jikalau dalam penelitian sosial tetap saja mudah untuk dilakukan pengecekan dengan meminta mahasiswa menunjukkan catatan-catatan selama pengumpulan data. Hanya saja, ketika dalam ujian skripsi, ini tidak pernah diminta oleh penguji. Begitu juga dengan pembimbing ketika mendampingi mahasiswa bimbingannya sepanjang proses penelitian dilaksanakan.

Bergegas menuju ke ruangan fakultas. Sejak sore sudah ada janji bertemu dengan mahasiswa yang akan konsultasi skripsi. Setelah menunggu selama 30 menit sanga mahasiswa tidak datang juga. Sejak duduk di kursi saya sudah mengabarinya melalui layanan pesan singkat (sms) bahwa saya sudah siap di ruangan. Sepertinya mahasiswa ini tidak siap untuk konsultasi. File yang akan dicetak mengalami masalah serius begitu kabar menjawab sms saya.

Ini juga masalah mahasiswa. Tidak menggandakan file dalam pelbagai bentuk media penyimpanan. Sehingga ketika filenya bermasalah tidak ada cadangan untuk menjadi back up. Hujan sepertinya sudah reda, saatnya untuk pulang dan mengurus janji yang lain.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun