Mohon tunggu...
Ismail Wekke
Ismail Wekke Mohon Tunggu... Dosen - Warga Kota Sorong, Papua Barat

Membaca dengan bertualang untuk belajar mencintai Indonesia...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Makassar Kota Dunia: Obrolan dengan Walikota

12 September 2014   07:45 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:55 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siang ini (waktu itu masih di bulan Januari 2014) bersama dengan peserta diskusi panel lainnya, menyimak pemaparan Pak Ramadhan Pomanto, Walikota Makassar terpilih 2014-2019, mengenai visi kepemimpinan Kota Makassar. Kolega dari Belanda dengan rombongan ilmuwan dan praktisi, mendiskusikan bagaimana Smart City, termasuk tantangan di dalamnya Makassar untuk menuju kualitas hidup lebih baik.

Sesi ini merupakan bagian dari Open Science Meeting yang dilaksanakan dengan kerja sama Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) dengan Akademi Ilmu Pengetahuan Belanda yang disingkat KNAW. Tema utama siang ini tentang Smart City. Kehadiran Ir. Ramadhan Pomanto, Walikota Terpilih Makassar 2014-2019, diundang dalam rangka mempresentasikan “akan kemana” Makassar dalam masa kepemimpinan beliau nantinya.

Ada 8 visi yang akan dikembangkan, menurut Pak Dani, begitu beliau meminta dipanggil. Salah satunya, menggunakan bantuan teknologi komunikasi untuk pengambilan seluruh keputusan dengan berbasis data. Ribuan titik panas yang akan diaktifkan sehingga satu kota terhubung dengan jaringan internet. Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), kelurahan, dan kecamatan, semuanya dapat mendayagunakan potensi ini dalam melayani warga. Termasuk dalam urusan administrasi seperti KTP, Kartu Keluarga, dan kepentingan surat lainnya. Tidak perlu lagi menunggu dalam waktu yang relatif lama. Warga akan dilayani dalam waktu yang singkat.

Dengan menggunakan bantuan internet, maka semua urusan data dan administrasi akan terkoneksi. Bukan itu saja, keperluan dasar warga kota akan terdata dan dapat diakses dengan informasi terkini. Termasuk layanan sampah, pengelolaan lalu lintas, dan juga pendidikan. PT. Telkom sebagai salah satu penyedia layanan data dan juga pendukung layanan telekomunikasi sudah bersedia untuk menjadi salah satu investor dan digandeng oleh pemerintah Kota Makassar untuk menyediakan semua layanan itu.

Siang itu salah satu peserta, anggota delegasi Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) Pak Pedju mengusulkan kepada Pak Dani untuk terus menjadikan flatform Society and Science yang juga tema Open Science Meeting dijadikan sebagai salah satu acuan untuk pengembangan kota. Dengan menggunakan ilmu pengetahuan sebagai bagian pengambilan keputusan, maka akan menghasilkan sebuah putusan yang tidak saja punya pondasi yang kukuh tetapi juga akan memberikan manfaat.

Ini kali pertama saya bertemu dengan Pak Dani dan sepertinya beliau mitra wicara yang menarik, respon, dan menguasai bahan pembicaraan. Memang beliau bukan walikota, tetapi kalau garis tangan membawanya sampai Mei 2014, maka beliau akan dilantik menjadi Walikota Makassar. Namun demikian, satu hal yang perlu diperhatikan adalah birokrasi yang akan mendukung dan melaksanakan segala visi walikota tetap orang-orang yang sama. Dengan demikian, menjadi agenda Walikota untuk menyegarkan kembali birokrat itu dan kemudian memiliki kompetensi untuk mewujudkan apa yang dicita-citakan oleh pasangan walikota dan wakil walikota.

Secara teoritis, Madanipour (2007) memberikan lima kategori dasar sebuah kota, yaitu supernatural, rasio, teknologi, natural, dan sosial. Dari lima pendekatan ini, dimana posisi yang akan digunakan Makassar untuk menjadi anggota “kota dunia”. Tentu agenda seperti kemacetan, sampah, pemukiman kumuh, dan pasar tradisional tidak menjadi sebuah warna dari kota dunia. Sehingga sebelum berusaha mewujudkan sebuah kota dengan standar dunia, maka lebih perlu untuk menyelesaikan masalah-masalah kecil dalam lingkungan kota.

Infrastruktur memang penting, tetapi pada saat yang sama penting juga untuk membangun sikap terhadap sarana itu. Apalah gunanya jalanan yang layak dijadikan balapan F1, tetapi pengguna jalanan secara serampangan menggunakan untuk kepentingan diri sendiri. Sementara di sisi jalan juga bertebaran kaki lima untuk pres ban dalam, ini semata-mata karena tidak ada tempat bagi mereka untuk berusaha dengan pendapatan yang lebih baik.

Kesempatan berusaha juga menjadi sebuah hal yang patut dicatat para penyelenggara kota. Tidak adanya keterampilan, akan menjadi kendala akses lapangan kerja. Sementara wirausaha yang dapat dilakukan hanya pada jasa yang mengandalkan tenaga kerja tanpa perlu latihan yang memadai. Kondisi ini menjadikan bertambahnya lapangan kerja di sektor non formal tetapi tidak dapat dilakukan pengawasan dan juga pemantauan.

Satu hal lagi yang patut dikerja bersama-sama dengan beliau, dalam elemen cyber city itu ada sebuah portal Q. Bagian ini akan menjadi hub bagi jurnal akademik perguruan tinggi. Maka, saya berusaha menambahkan informasi bahwa dengan puluhan perguruan tinggi yang ada di kota Makassar, maka sudah selayaknya ada akses terhadap indeks jurnal yang bereputasi, seperti WoS Knowledge dan Scopus. Dengan dua indeks ini, akan memudahkan bagi peneliti dan warga kampus untuk mendapatkan informasi ilmiah yang mutakhir dengan validitas yang standar.

Sebuah keprihatinan, mulai dari Makassar sampai Merauke, dari Selayar sampai ke Halmahera, perguruan tinggi yang mengelola jurnal terakreditasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan hanya di IAIN Sultan Amai Gorontalo. Padahal, perguruan tinggi sekelas Unhas sama sekali tidak menerbitkan jurnal dengan standar akreditasi Dikti, apalagi kalau mencapai indeks yang lebih tinggi seperti EBSCO dan Scopus. Jikalau saja Pemerintah Kota Makassar dapat bersinergi dengan perguruan tinggi sekaligus membentuk Forum Kerjasama Antar Perguruan Tinggi Makassar, maka komunikasi antara Pemkot Makassar dengan Perguruan Tinggi akan terjalin di sini.

Obrolan ini terhenti di saat panitia mengingatkan untuk bergerak ke ruang istirahat, sebelum melanjutkan pada sesi pembicara kunci. Satu kalimat yang sempat tersampaikan juga, sudah waktunya juga Makassar memiliki Dewan Kota yang terdiri atas warga kota yang membantu Pemkot Makassar memikirkan kelangsungan kota. Beberapa menit mengobrol dengan calon “penguasa” kota seperti sudah memadai. Mudah-mudah ketika tiba saatnya beliau memimpin akan lebih banyak lagi menyerap harapan warga kota demi memberikan tempat yang layak bagi masyarakat untuk hidup di kota ini.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun